Jumat, 20 Februari 2015

ERWIN ROMMEL JENDERAL LEGENDARIS YANG DIHUKUM MATI OLEH NEGARANYA SENDIRI


Jika kita berbicara tentang Perang Dunia II kita tidak akan lepas dari membicarakan Adolf Hitler yang merupakan pencetus dari  perang maha dasyat itu.
Namun kalau kita membicarakan jalan pertempuran kita tidak akan terlepas pula dari Erwin Rommel, jenderal Legendaris Jerman yang berprestasi gemilang,sayang pada akhir  karirnya ia dihukum mati oleh negaranya sendiri, Jerman


Erwin Johannes Eugen Rommel lahir di Heidenheim pada tanggal 15 November 1891. Awalnya dia ingin melanjutkan pendidikan di jurusan mesin, tapi ditentang oleh orangtuanya. Maka dari itu, ia memutuskan masuk militer.
Sebagai seorang militer ia memperlihatkan prestasi yang gemilang. Dan Pasukan yang dipimpinnya selalu memperoleh kemenangan. Seperti Pada masa Perang Dunia I, ia  berangkat menuju pertempuran di Front Barat dan Januari 1915 mendapat tanda jasa Iron Cross suatu penghargaan tinggi bagi prajurit yang berprestasi. Tahun 1917, berperang di Front Italia. Keberhasilannya memimpin penyerangan atas Monte Matajur membuat pangkatnya dinaikkan menjadi kapten. 
Tak lama setelah itu Rommel  bersama pasukan kecilnya berenang menyusuri sungai Piave untuk menduduki markas Italia di Lognaroni.
Saat Perang  Dunia I usai, Rommel kembali ke Jerman dan tahun 1929 diangkat sebagai instruktur di Sekolah Infantri di Dresden. Oktober 1935, mendapat promosi letnan kolonel dan menjadi pengajar di Akademi Militer di Postdam. 

Pada awal Perang dunia II Rommel mendapat perintah memimpin Divisi 7 Panser dalam penyerbuan ke Perancis tahun 1940. Pergerakan pasukannya sangat cepat melebihi pasukan manapun dalam sejarah militer dunia. Suatu prestasi yang sangat gemilang, Perancis yang termasuk negara terkuat di Eropa bertekuk lutut dalam beberapa minggu.
Hasil dari invasi ke Perancis menghantarkannya menapaki pangkat jenderal.

 Sementara itu di front Afrika, sekutu Jerman Itali kewalahan mengahdapi Inggris.  Pemimpin Itali  Benito Mussolini meminta bantuan ke Jerman untuk mendukung penyerbuan kawasan Afrika Utara. Hitler segera mengirim Rommel untuk memimpin Korps Afrika dan terbukti sukses mengusir pasukan Inggris  keluar dari Libya.  
. Kepintarannya mengatur taktik tempur diakui semua orang, dari mulai Hitler sendiri, hingga para lawan-lawannya dari Sekutu. Termasuk juga Perdana Menteri Inggris ketika perang Dunia II Winston Chuchil termasuk yang memujinya.  Tak heran dia dijuluki Rubah Gurun (Desert Fox), menunjukkan pengakuan betapa jagonya dia di Front Afrika yang notabene medan pertempurannya adalah gurun pasir. Sebuah arena yang membutuhkan kondisi fisik dan mental yang kuat.

       Setelah ditarik dari Afrika Rommel mengepalai Angkatan Perang Jerman di Perancis sebagai persiapan menghadapi invasi Sekutu. Sekitar tanggal 15 Juli 1944, Melihat begitu besarnya pasukan sekutu dan perlengkapannya perangnya jauh melebihi tentara Jerman, ia merasa tidak mampu untuk menghentikan laju pasukan Sekutu. Oleh karena itu  Rommel memperingatkan Hitler bahwa Jerman akan kalah dan sebaiknya segera mengakhiri perang dengan melalui perundingan. Namun Hitler sangat  marah dan menolak sarannya.
       Musim panas 1944, dia diajak oleh Ludwig Beck dan Carl Goerdeler untuk bergabung dalam July Plot. Rommel tidak menyetujui rencana pembunuhan terhadap Sang Fuhrer tersebut. Ia sadar, suatu saat pasti akan ditangkap dan diadili.
     Musim gugur 1944, setelah terjadi usaha pembunuhan Hitler. Rommel pun disinyalir masuk dalam daftar penggagas kudeta itu.  Padahal disaat usaha pembunuhan itu terjadi Rommel sedang terbaring di Rumah sakit karena luka- luka yang dideritanya ketika terjadi pemboman Amerika di Perancis.
Tanggal 14 Oktober 1944, Rommel didatangi dua jenderal atas perintah Hitler. Pilihan yang diberikan hanya 2. bunuh diri dengan pemakaman kenegaraan dan nasib keluarga dijamin oleh negara, atau dianggap sebagai pengkhianat, dan diadili dalam pengadilan terbuka.
Sebagai Jenderal yang ternama, Rommel tidak ingin dipermalukan  Dia pun memilih bunuh dirimdan akhirnya tewas. Sungguh tragis nasib sang Legendaris






Senin, 02 Februari 2015

DIKTATOR TERKEJAM



Siapakah Diktator yang paling kejam?
Banyak yang mengatakan Adolf Hitler pemimpin Nazi Jerman yang  dicatat sejarah sebagai pemusnah 6 juta Yahudi selama perang DuniaII
Namun kalau sudut pandang kita adalah jumlah korban, maka diktator terkejam adalah Josep Stalin diktator Uni soviet. Dia malah membunuh  

Sekitar 60 jutaan. Dan yang jadi korban bukan musuh negaranya, malah kawan seperjuangan dan rakyat Uni Soviet yang dipimpinnya,

Joseph Stalin  yang nama aslinya Losif Vissarionovich Dzugashvili (1879-1953), yang  jadi diktator proletariat Uni Soviet. Dilahirkan tahun 1879 di kota Gori, Georgia di Kaukasus dan bahasa asalnya pun Georgia. Ketika kecil dia dibesarkan dalam suasana miskin papa. Ayahnya tukang sol sepatu yang gemar mabuk dan menggebuki anaknya. Ayah yang  pemabuk ini meninggal tatkala Iosif berumur sebelas tahun.
        Selagi muda Iosif belajar di sekolah gereja di kota Gori dan sesudah menginjak umur belasan dia masuk seminari teologi di Tiflis. Tetapi, tahun 1899 dia dikeluarkan  karena dituduh "menyebar pikiran-pikiran subversif." Kemudian  ia  bergabung  dengan gerakan Marxis bawah tanah, dan di tahun 1903.  Sebagai aktivis komunis dia ditahan tak kurang enam kali. Di masa inilah dia mulai pakai nama samaran yang sedap dan cocok: Stalin, orang yang terbuat dari baja.
       Stalin tidak pegang peranan menentukan dalam revolusi tahun 1917. Tetapi, dia amat aktif dalam masa dua tahun berikutnya, dan di tahun 1922 dia menjadi Sekretaris Jendral Partai Komunis. Kedudukan ini membuka kesempatan luas baginya menggunakan pengaruh terhadap jalannya administrasi partai dan sekaligus merupakan faktor utama dalam pergulatan menuju puncak kekuasaan sesudah Lenin meninggal dunia.
         Sebenarnya Lenin cenderung agar penggantinya Leon Trotsky. Namun Stalin dengan bantuan Lev Kamenev dan Grigori Zinoviev, dua anggota penting politbiro berhasil mengalahkan Trotsky dan para pengikutnya.
Trotsky yang sudah tersingkir dan lari keluar negeri tetap dikejar dan dibunuh Kemudian Stalin berbalik menghadapi Zinoviev dan Kamenev serta menyingkirkan kedua mereka.  Berikutnya manusia baja ini mulai pula menyingkirkan  seluruh loyalis Lenin dan petinggi partai  yang seangkatan dengannya.  Menjelang awal tahun 1930-an, dia sudah menjadi diktator tunggal di Uni Soviet.
      Dari kedudukan yang penuh kuasa ini, mulai tahun 1934, Stalin melancarkan serentetan pembersihan. Peristiwa yang sedikitnya bisa dianggap awal dari tindak pembersihan itu adalah pembunuhan yang terjadi tanggal 1 Desember 1934 atas diri Sergei Kirov, pejabat tinggi Komunis dan salah seorang penasihatnya .
       Tahun-tahun berikutnya, sejumlah besar orang-orang yang pernah jadi tokoh pimpinan partai Komunis di masa revolusi 1917, dan mereka yang berada di bawah pemerintahan Lenin, dituduh pengkhianat oleh Stalin dan dihukum. Banyak diantara mereka sebelum dihukum mati dipaksa membuat pengakuan terbuka di depan pengadilan rakyat bahwa mereka telah berkhianat kepada bangsa.
Di tahun 1938, orang yang mengkoridnir  dan merintis revolusi, Genrikh Yagoda, juga di bawa ke depan pengadilan, dan juga dipaksa mengaku telah berkhianat dan segera dihukum mati. Juga penggantinya Nicolai Yehzov mengalami nasib serupa.
Pembersihan di pertengahan tahun 1930-an meluas ke segenap tubuh partai Komunis dan Angkatan Bersenjata, dan pembersihan itu tidaklah semata ditujukan kepada masalah anti-Komunis dan kontra revolusioner. Stalin lebih sukses dalam hal membunuh kaum Komunis ketimbang yang dilakukan oleh polisi Czar sendiri. Contohnya, dari anggota Central Komite Partai Komunis yang terpilih tahun 1934, lebih dari dua pertiganya dibunuh pada saat pembersihan berikutnya. Dari langkah-langkah ini jelas sudah, motif utama Stalin adalah membuka kemungkinan buatnya mendirikan satu kekuatan yang berdiri sendiri di dalam negeri. Ironisnya, justru pada saat hebat-hebatnya pembersihan inilah Stalin mengeluarkan konstitusi baru Uni Soviet yang disebut demokratis.
       Diantara politik ekonomi yang ditegaskan stalin adalah kolektivitassisasi paksa sektor pertanian; politik ini amat tidak populer dikalangan petani dan banyak diantara mereka yang menantangnya. Di awal tahun 1930-an, dengan perintah Stalin, berjuta-juta petani dibunuh atau dibiarkan mati kelaparan. Dan pada akhirnya politik ini berhasil. Secara ekonomi, sektor pertanian Uni Soviet boleh dibilang terbelakang sejak saat itu.
Disamping kelaparan, Stalin memerintahkan pembersihan dalam Uni Soviet. Orang manapun yang dianggap musuh negara harus dimusnahkan. Perkiraan jumlah yang terbunuh dibawah pemerintahan stalin berkisar antara 10 juta hingga 60 juta.
Ironis memang bagi para revolusioner yang dengan taruhan harta dan  nyawa menumbangkan Tsar dalam revolusi 1917, jangankan menikmati hasilnya, malah semua mereka dibunuh dan dihina oleh kawan seperjuangan mereka.




Minggu, 01 Februari 2015

KESULTANAN SIAK SRI INDERAPURA TANGGAL 1 PEBRUARI 1858

Tanggal 1 Pebruari 1858 Sultan Siak  menandatangani perjanjian  dengan Pemerintahan Hindia Belanda yang menjadikan Kesultanan Siak sebagai salah satu bagian dari pemerintah Hindia Belanda.
Dari perjanjian tersebut, Kesultanan Siak Sri Inderapura kehilangan kedaulatannya pada  setiap pengangkatan raja atau setiap pengangkatan raja harus mendapat persetujuan dari Belanda. Dalam pengawasan wilayah, Belanda mendirikan pos militer di Bengkalis dan melarang Sultan Siak untuk melakukan perjanjian dengan pihak asing tanpa persetujuan Residen Riau (Pemerintahan Hindia-Belanda).
Kesultanan Siak Sri Inderapura didirikan oleh Raja Kecil atau  Sultan Abdul Jalil. Dalam perjalanannya Sultan Abdul Jalil yang mengklaim dirinya sebagai pewaris Malaka melakukan ekspansi wilayah kekuasaan yang dimulai dengan memasukkan. Rokan kedalam wilayah Kesultaanan Siak serta membangun pertahanan armada laut di Bintan. Tahun 1740-1745 Sultan Abdul Jalil mampu menaklukkan  beberapa kawasan di Semenanjung  Malaya.
 Kesultanan Siak mencapai puncak kejayaannya pada abad XVIII dengan menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera. Tahun 1780, Kesultanan Siak mampu menaklukkan  daerah Langkat, Deli, dan Serdang. Di bawah perjanjian kerjasama dengan VOC (1784), Kesultanan Siak membantu VOC untuk menyerang dan menundukkan Selangor. Sebelumnya mereka telah bekerjasama untuk memadamkan kudeta dari Raja Ali Fisabilillah di Pulau Penyengat.
Timbulnya pertikaian internal Siak serta persaingannya dengan Inggris dan Belanda semakin melemahkan pengaruh hegemoni Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yang pernah dikuasainya. Kepentingan-kepentingan kekuatan asing semakin menjadikan Siak berada pada posisi yang terus melemah.
Terlebih saat pemerintahan Hindia-Belanda memaksa Sultan Siak untuk menyerahkan wilayah Bengkalis kepada Residen Riau melalui perjanjian yang ditandatanganinya pada tanggal 26 Juli 1873. Akan tetapi di tengah tekanan dari Belanda tersebut, Kesultanan Siak masih mampu bertahan sampai kemerdekaan Indonesia. Sekalipun semasa pendudukan Jepang, sebagian besar kekuatan militer Kesultanan Siak sudah tidak berdaya lagi.
(Sumber: Krisna Bayu Adji: Sejarah Runtuhnya Kerajaan-kerajaan di Nusantara