(Bagian 2 dari 4 tulisan)
Setelah disepakati gencatan senjata 30 Oktober 1945, pimpinan sipil dan militer pihak Indonesia dan Inggris bersama-sama keliling kota dengan iring-iringan mobil untuk menyebar luaskan kesepakatan tersebut. Dan Jenderal Mallaby yang sudah menilai situasi aman berkeliling kota melihat keadaan
Setelah disepakati gencatan senjata 30 Oktober 1945, pimpinan sipil dan militer pihak Indonesia dan Inggris bersama-sama keliling kota dengan iring-iringan mobil untuk menyebar luaskan kesepakatan tersebut. Dan Jenderal Mallaby yang sudah menilai situasi aman berkeliling kota melihat keadaan
Ternyata
perjalanan ini memicu pertempuran. Pos Inggris yang terputus komunikasi tidak
tahu sudah ada gencatan senjata. Ketika melihat mobil sang jenderal datang,
mereka berinisiatif melindunginya dengan melepaskan tembakan kearah pejuang
Indonesia dan kontan dibalas oleh pihak Indonesia.
Tembak
menembak berlansung sekitar 2 jam dan setelah berhenti terlihat mobil Mllaby
hancur, dan sang jenderal sendiri ditemukan tewas dalam keadaan menggenaskan.
Sang Jenderal tewas dengan muka hancur akibat granat yang dilemparkan oleh
tentara Inggris sendiri. Namun pihak
Inggris yakin sang jenderal sudah mati tertembak sebelum insiden salah lempar
granat,
Terlepas
dari pihak mana tembakan itu datang, Inggris akhirnya menjadikan momentum itu
untuk melakukan serangan besar-besaran.
Selama lima tahun berperang dengan jerman, tidak
ada satupun jenderal Inggris yang tewas, tapi di Surabaya baru lima hari
mendarat satu jenderal tewas.
Letjen Sir
Philip Christison marah besar mendengar kematin Brigjen Mallby dan mengerahkan 24 ribu pasukan tambahan
untuk menguasai Surabaya. Ia mengirim pasukan devisi ke-5 di bawah komando
Mayjen E.C Mensergh, jenderal yang terkenal karena kemenangannya dalam perang dunia ke II di Afrika saat
melawan pasukan jenderal Rommel. Mensergh membawa 15 ribu tentara, dibantu 6000
personel brigade 45 the Fighting Cock dengan persenjataan serab canggih,
termasuk menggunakan tank Sherman, 25 ponders, 37 howitzer kapal perang M.M.S
Sussex dibantu 4 kapal perang destroyer dan 12 kapal terbang jenis Mosquito.
Setelah
konsolidasi selam 9 hari dan merasa sudah mempunyai pasukan yang cukup.
Mansergh mengeluarkan ultimatum tanggal 9 November 1945 dalam bentuk pamphlet yang disebarkan di atas
kota Surabaya yang bunyinay:
“seluruh pemimpin bangsa Indonesia, termasuk
pemimpin-pemimpin gerakan pemuda, kepala polisi, dan kepala radio Surabaya
harus melapor ke Bataviawg pada 9 November pukul 18.00. Mereka harus datang
berbaris satu persatu membawa senjata yang mereka miliki. Senjata tersebut
harus diletakkan di tempat berjarak 100 yard dari tempat pertemuan. Setelah itu
orang-orang Indonesia itu harus mendekat dengan kedua tangan mereka diatas
kepala dan akan ditahan, mereka harus siap untuk menandatangani dokumen
menyerah tanpa syarat.”
Sumber:
Agung Pribadi, 2014. Gara-gara Indonesia.
Depok: AsmaNadia Publishing House.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar