Dengan membuang Tan Malaka ke negeri
Belanda, pemerintah jajahan berharap untuk menyumbat saluran bagi Tan Malaka
berhubungan dengan politik, dan rupanya ini keliru. Tan Malaka tiba di negeri
Belanda, mendapatkan sambutan hangat dari teman-temannya yang komunis dan malah
di Belanda namaTan Malaka semakin populer, bahkan ia sempat dicalonkan menjadi
anggota perlemen Belanda.
Dari negeri Belanda Tan Malaka pergi ke Berlin Jerman.
Kemudian ia berangkat ke Uni Soviet untuk menghadiri kongres Komunis Internasional
(Komintern). Tan Malaka datang ke kongres tersebut sebagai wakil dari komunis Indonesia.
Pada sidang ketujuh tanggal 2 November tahun 1922
di hadapan peserta kongres Tan Malaka berpidato dengan bahasa Jerman. Dalam
pidatonya tersebut Tan Malaka menggariskan pentingnya melakukan sinergi antara
gerakan komunis dengan Pan Islamisme.
Namun, pidato Tan Malaka yang berapi api tersebut
kurang mendapatkan tanggapan positif dari peserta kongres bahkan ada yang
berpendapat apabila gerakan islam masuk kedalam gerakan komunis, ini akan
merusak tujuan dari gerakan komunis yaitu menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Meskipun pidatonya kurang mendapat tanggapan
positif, namun karena dianggap mempunyai pengetahuan yang luas terhadap Asia
Timur, Tan malaka diberi tugas sebagai penanggungjawab untuk melakukan
aksi-aksi, pengorganisasian gerakan-gerakan
komunis di Asia Timur. Karena tugasnya itu Tan malaka berkeliling Asia.
Karena tugasnya itu ia bisa masuk ke Indonesia.
Tanggal 7-10 Juni 1924 ia datang ke
Batavia (Sekarang Jakarta). Ketika itu Partai Komunis sedang mengadakan
kongres. Dalam kongres itu Partai komunis yang namanya ”Perserikatan Komunis di
Hindia secara resmi berubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
memindahkanan kantornya dari Semarang ke Batavia. Pada 11 – 17 Desember 1924
diadakan lagi kongres PKI di Kota Gede Yogyakarta. Di dalam kongres itu
bermunculanlah pidato-pidato yang mengobarkan semangat untuk memberontak kepada
pemerintah Jajahan Belanda. Setahun kemudian dalam konfrensi para pemimpin PKI
di Prambanan jawa tengah diputuskan kesepakatan bahwa sudah tiba saatnya
orang-orang komunis melakukan pemberontakan dan merebut kekuasan dari penjajah
Belanda.
Keputusan dalam konfrensi tersebut sangat
menggelisahkan Tan Malaka.Ia melihat dengan pemberontakan tersebut
akan terjadi ancaman akan kelansungan hidup partai Komunis di Indonesia. Menurut analisa Tan Malaka Partai
komunis sangat jauh dari siap untuk melakukan pemberontakan. Dari Manila
Philipina, melalui Alimin ia mengirim surat meminta pemberontakan itu
dibatalkan. Bunyi suratnya antara lain”
”... mereka itu hanya
bersemangat cari mati saja. Kurasa putusan Prambanan itu sesat dan ganti saja
dengan pemogokan terus meneru...”
Sayang surat itu tidak disampaikan oleh Alimin
kepada PKI dan akhirnya meletuslah pemberontakan PKI pada 1926 di Bedawang,
Jakarta, Banten dan Solo. Pemberontakan ini membuat penjajah Belanda melakukan
perlawanan dan penangkapan serta pembantaian besar-besaran terhadap
angota-anggota dan simpatisan PKI. Dan Gagallah pemberontakan itu. Muso, salah
seorang tokoh PKI selamat karena ia sedang berada di Moskow Rusia. Dari manila,
Tan Malaka membuat analisa mengenai kegagalan pemberontakan PKI sebagai
berikut:
1. Belum ada situasi yang revolusioner untuk
melahirkan suatu revolusi.
2. PKI belum memiliki tingkat disiplin yang
tinggi, dan oleh karena itu sulit untuk menjadi pelopor.
3. Keyakinan segelintir anggota PKI saja
belum cukup untuk melakukan tindakan revolusioner, mayoritas rakyat harus
berada di bawah PKI
4. PKI tidak memiliki tuntutan yang kongkrit.
Ketidak
setujuan Tan Malaka terhadap pemberontakan PKI 1926 tersebut akhirnya membuat
Tan Malaka dihujat oleh anggota-anggota PKI sebagai penghianat. Tidak berapa
lama kemudian, Moskow juga menghujatnya sebagai Troskis dan menuduh kegagalan
pemberontakan PKI tahun 1926 akibat kelakuan Tan Malaka yang tidak taat pada
garis Moskow Stalin. Brgitulah Tan Malaka, maksudnya ingin menyelamatkan partai, malah dalam negeri ia di hujat, Majikan komunis di Moskow mengecamnya juga.
- (Sumber: Paharizal, S. Sos.,
M.A, Ismantoro Dwi Yuwono, ”Misteri Kematian Tan Malaka)
- Gambar dari google.com