Beberapa
bulan setelah menjadi Penguasa tertinggi di Indonesia, Imamura mengirim surat
kepada komandan pasukan Jepang yang ada
di Sumatra untuk mengembalikan Sukarno yang sedang diasingikan Belanda di
Sumatra ke Jakarta. Tidak banyak
kalangan yang tahu bahwa pembebasan Sukarno diatrur sepenuhnya oleh Imamura.
Dalam catatannya
penguasa tertinggi Jepang itu menulis, “Pada
waktu itu,semua tidak tahu di mana Soekarno berada. Tentara pendudukan di
Djakarta memang menerima saran untuk mencari dan segera membebaskan dia.
Setelah lama mencari dengan susah payah, bagian intelijen kami berhasil
menemukan dia di Boekittinggi dalam perlindungan pasukan Jepang setempat.
Pasukan yang berada di sana tidak berada di bawah komando saya, tetapi dalam
kekuasaan Daerah Militer XXV."
Langkah
Jenderal ini mendapat kecaman dari penguasa Jepang di Singapura yang membawahi Imamura.
Mereka
kahawatir Imamura bakal menemui
kesulitan jika menghadapi Soekarno karena dia adalah tokoh pejuang kemerdekaan
yang cerdas, sangat berpengalaman, dan memiliki banyak pengikut.
Pertemuan pertama antara Leman Jenderal Hitoshi
Imamura dengan Soekarno berlangsung secara pribadi. Imamura didampingi Kolonel
Yasuto Nakayama, pelaksana harian pemerintahan militer di Djawa, dan seorang
penerjemah, pemuda Jepang berusia 16 tahun kelahiran Indonesia.
Bagaimana kesan
imamura terhadap Soekarno? "Seorang tokoh yang ramah sekaligus
senang bergaya. Dia sangat cerdas dan selalu berkata dengan tenang, tetapi
tetap memperlihatkan bahwa memiliki kemauan keras berikut pengabdian kuat untuk
mewujudkan cita-citanya, mencapai kemerdekaan Indonesia. Sekalipun tidak selamanya
kami berdua bisa sependapat, saya merasa senang dengan pandangan-pandangan
Soekarno dan rnenghorrnati pendapatnya." Di sisi lain, Soekarno mengenang
pertemuan tadi dengan kalimat: "jenderal Hitoshi Imamura adalah seorang
samurai sejati. Postur tubuhnya tinggi dan langsing, melebihi tinggi kebanyakan
orang Jepang. Dia selalu bersikap sopan, hormat, sekaligus berbudi luhur.
Setelah mempersilakan tamunya duduk, dia baru bersedia mengambil tempat duduk.
Sikapnya memang selalu lurus, selurus pedang samurai."
Menurut Soekarno, pembicaraan dibuka oleh Imamura
dengan berkata, "Saya sengaja memanggil Tuan untuk pulang ke Djawa dengan dilandasi maksud
baik. Tuan tidak akan kami paksa bekerja bertentangan dengan kemauan Tuan.
Hasil dari pembicaraan kita, apakah nanti Tuan bersedia untuk bekerja sama
dengan karni atau tetap menjadi penonton saya serahkan sepenuhnya kepada Tuan,
tergantung keputusan Tuan."
Soekarno segera merninta penegasan, "Bolehkah
saya bertanya, Jenderal? Apa rencana Dai Nippon Teikoku untuk rakyat
Indonesia?" Dengan terus terang, Imamura menjawab, "Saya
hanya seorang Pang-lima dari sebuah kesatuan ekspedisi militer. Tenno Heika
sendiri yang berhak menentukan apakah negeri Tuan akan diberi otonomi dalam arti
luas di bawah lindungan pemerintah Jepang, memperoleh kemerdekaan sebagai
negara bagian dalam bentuk federasi dengan Dai Nippon, atau menjadi sebuah
negara merdeka dan berdaulat penuh." Kemudian, dia menambahkan, "Saya
tidak bisa memberikan sebuah janji mengenai dapat diambil sebelum perang
selesai. Meski begitu saya dapat memaharni cita-cita berikut persyaratan Tuan,
dan hal semacam itu sebenarnya juga sejalan den an rencana kami."
lalu Sukarno berkata, "Terima kasih, Jenderal. Terima kasih, karena
Jenderal telah berhasil mengusir Belanda dari negeri kami. Saya telah
mencobanya selama bertahun-tahun, kami telah mencobanya selama puluhan tahun,
tetapi hanya Jenderal Imamura yang berhasil."
Demikianlah
pertemuan pertama Jenderal Imamura Penguasa dan Panglima Tertinggi militer Jepang
yang dengan sukses mengakhiri kekuasaan Belanda yang sudah ratusan tahun dengan
Sukarno presiden pertama Republik Indonesia
Sumber : Catatan Julius Pour, JAKARTA 1945, Awal Revolusi Kemerdekaan, Pt. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.Gamabar : Gambar google