(Bagian ke 3 dari 4 tulisan )
Jenderal Mansergh mengancam, apabila rakyat Surabaya tidak mematuhi perintahnya secara penuh sampai paling lambat pada 10 November pukul 06.00, maka dia akan menggerakkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, dan orang-orang Indonesia yang tidak mematuhi perintahnya harus bertanggungjawab atas pertumpahan darah yang akan timbul.
Jenderal Mansergh mengancam, apabila rakyat Surabaya tidak mematuhi perintahnya secara penuh sampai paling lambat pada 10 November pukul 06.00, maka dia akan menggerakkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, dan orang-orang Indonesia yang tidak mematuhi perintahnya harus bertanggungjawab atas pertumpahan darah yang akan timbul.
Perintah
Mansergh ini sangat merendahkan dan menghina pimpinan Indonesia. “ Hak apa
orang Inggris memerintah orang Surabaya sebagai bagian dari Negara yang
berdaulat!” Teriak Bung Tomo sambil menggebrak meja setelah mendapat laporan
tentang ultimatum itu.
Bung tomo
meneriakkan di corong Radio pemberontak, “ Saudara-saudara Allahu Akbar! Semboyan kita tetap: MERDEKA
ATAU MATI. Dan kita yakin saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan
akan jatuh ketangan kita, sebab Allah selalu berada pada pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian”
Allahu akbar…!
Allahu akbar…! Allahu akbar…!
“MERDEKA”
Mendengar pidato
bung Tomo, orang Surabaya paham itu
isyarat perang. Dan Mayjen Mansergh juga mengambil kesimpulan bakal ada perang
besar, sebab sampai batas yang ditentukan tidak
ada satu orang pun rakyat Surabaya yang datang menyerahkan senjata.
Akhirnya pada
tanggal 10 November pukul 10.12 WIB di langit Surabaya suara pesawat
menderu-deru kencang. Inggris mengerahkan pasukan Royal Air force (RAF) yang
merupakan veteran perang dunia II yang
mengebom Berlin.
Mereka mengebom
kantor-kantor pemerintahan dan gedung-gedung sekolah. Banyak orang yang mati
karena resuntuhan gedung atau yang tertembak mitraliur pesawat. Inggris mengulang kejahatan jerman ketika
mengebom London, dengan memborbardir kota Surabaya. Dua dari pesawat Inggris berhasil ditembak jatuh oleh pasukan Indonesia
dan salah satu penumpangnya adalah Brigadir jenderal Robert Guy Loder Symonds, terluka
parah dan meninggal keesokan harinya.
Para pejuang membangun benteng-benteng pasir, menjalin kawat
berduri dan bersembunyi di jendela-jendela toko. Bung Tomo lewat radio
pemberontakan mengobarkan semangat
pemuda dan rakyat Surabaya dan mengajak mereka bersatu melawan sekutu.
Pertempuran
sengit tidak bisa dielakkan, berkat pidato Bung Tomo, rakyat Surabaya mendapat
bantuan dari rakyat sekitarnya untuk mempertahankan kedaulatan kota Surabaya.
Presiden Sukarno
yang pada awalnya tidak menghendaki perang dengan sekutu, namun kemudian ia menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan
pemerintah daerh Jawa timur..
Pertempuran
sengit belansung selama lima hari lima malam. Tentara sekurtu mengalami
kerugian yang amat banyak. Ini adalah pertempuran sekutu terdasyat sejak PD II,
kata E.C. Mansergh komandan Sekutu.
Setelah sepuluh
hari bertempur dengan ribuan prajurit Inggris yang tewas, Inggris berhasil
menguasai kota Surabaya. Dan ini adalah pertempuran yang paling berdarah yang
dihadapi Inggris pada decade 1940-an. Seluruh kota Surabya hancur lebur, lebih
dari 20 ribu orang tewas dan sebagian besar adalah penduduk sipil termasuk
wanita dan anak-anak. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan
bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Seandainya pertempuran ini tidak dihentikan dengan
gencatan senjata, tidak mustahil, dalam waktu singkat pasukan sekutu dipukul
mundur karena bantuan dari daerah lainnya, Bali, Nusa tenggara, Sulawesi sudah mulai berdatangan. Pemimpin Inggris tahu ini, oleh karena itu mereka cepat meminta
gencatan senjata.
Dan untuk
selanjutnya Inggris tidak mau memikul resiko yang lebih besar, setelah
mengorbankan ribuan prajuritnya dan dua orang Jenderal, Inggris secara
berangsur-ansur mulai mengurangi pasukannya dan secara bertahap diganti oleh
Pasukan Belanda yang dalam pertempuran
hanya menonton saja. Itulah Inggris dengan sekutunya, merasa pintar tapi mau diperalat oleh Belanda.
Pertempuran sepuluh
November sekarang dikenang dan diperingat sebagai hari pahlawan.
Sumber:
Agung Pribadi, 2014. Gara-gara Indonesia.
Depok: AsmaNadia Publishing House.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar