Ratusan
tahun Belanda menjajah dan menguras sumber daya alam serta mengisap sumber daya manusia Bangsa
Indonesia dengan rakusnya. Berbagai
pemberontakan sudah pernah dilakukan untuk mengusir bangsa barat yang tamak
itu, namun selalu gagal. Baru tahun 1942 Belanda berhasil di usir dari bumi
nusantara ini oleh bangsa Jepang. BangsaAsia yang gagah perkasa.
Berbicara
tentang terusirnya Belanda oleh bangsa Jepang ada satu nama yang tidak mungkin hilang dalam sejarah yaitu HITOSHI IMAMURA. seorang jenderal Jepang pada masa Perang Dunia II yang pernah menjadi
Panglima Tentara ke-16 di Jawa periode Maret
- November 1942.Seorang Jenderal
yang baik hati, samurai sejati yang etika hidupnya tercakup dalam kepatuahan
kalimat bersayap \jepang yang paling terkenal, “ Yang kuat tidak boleh
memperlihatkan kesombongan”.
Jenderal
yang sederhana. Setelah menjadi asisten Atase militer Jepang di London Inggris,ia ditugasi memimpin kesatuan tempur sewaktu Jepang
menyerbu semenanjung Korea dan Manchuria. Imamura memimpin pertempuran yang
berlansung dengan kejam melawan pasukan Koumintang di daratan China sebelum
Perang Asia Timur Raya meletus.
Salah
satu kata mutiara yang paling digemari oleh Jenderal yang gemilang ini adalah ”Seorang
samurai harus hidup sederhana ditengah tawaran kemewahan.” Oleh karena itu,
selama bertugas di Jakarta, Imamura menolak tinggal di istana Gambir, bekas
kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penguasa Jepang tertinggi di
Jawa tersebut dengan sengaja memilih rumah yang lebih sederhana.
Dalam
autobiografinya, yang ditulisnya ketika
dalam tahanan sekutu, “ A tapir in Prison,” Imamura sangat terkejut dan
terkesan menerima sambutan yang bersahabat dari masyarakat setempat sewaktu dia
dan pasukannya mendarat di Jawa.
Selama
jadi penguasa tinggi di Indonesia,
samurai sejati ini sengaja
menerapkan kebijakan garis lunak kepada rakyat Indonesia. Jenderal ini
menegaskan, “ Tentara XVI tidak dapat mengkhianati niat baik rakyat
Indonesia karena kerja sama dan dukungan mereka adalah separuh kekuatan kami
dalam memenangkan perang mengusir
Belanda dari jawa.
Namun
kebijakan garis lunak ini tidak lama dapat dinikmati oleh rakyat Indonesia.
Karena Jenderal yang baik hati ini
meninggalkan Indonesia pada bulan
November 1942, untuk menjadi Panglima
tentara ke-8 di Kepulauan Solomon dan New Guinea. Dan mulailah perlakuan
semena-mena yang diterapkan oleh pasukan pendudukan Jepang yang terkenal bengis
dan sewenang-wenang.
Di
tempat tugasnya setelah meninggalkan Indonesia, keberuntungan tidak lagi menyertainya dalam rangkaian
pertempuran hebat dari September hingga November 1942, ia gagal mengusir
pasukan Amerika..Bahkan pada Februari 1943 ia terpaksa memerintahkan pasukannya
mundur.Seusai perang, Jenderal yang baik hati ini termasuk yang diadili sebagai penjahat perang
dan dihukum di penjara Sugamo. Tahun 1954, ia dibebaskan dan meninggal dunia
tahun 1968.
Sumber : Catatan Julius Pour, JAKARTA 1945, Awal Revolusi Kemerdekaan, Pt. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Gambar : 1.
2, google gambar
bener dugaanku, soalnya tiap liat artikel tu kok beda ya ada yg bilang jpg baik ada yg bilang jpg jahat eh ternyata mmg prnh baik dimasanya wkwk
BalasHapus