Leon Trotsky, seorang revolusioner terkemuka dan salah satu pendiri Tentara Merah Uni Soviet, mengalami akhir hidup yang tragis dan penuh konspirasi. Lahir dengan nama asli Lev Davidovich Bronstein di Ukraina pada tahun 1879, Trotsky memainkan peran penting dalam Revolusi Rusia 1917 dan menjadi salah satu arsitek utama dari negara Soviet yang baru. Namun, setelah pertarungan kekuasaan yang panjang dan penuh intrik dengan Joseph Stalin, Trotsky diasingkan dan akhirnya dibunuh dengan brutal pada tahun 1940.
Masa Awal
dan Revolusi Rusia
Trotsky
bergabung dengan gerakan Marxisme sejak usia muda dan menjadi salah satu
pemimpin utama dalam Revolusi Rusia. Dia dikenal karena kecerdasannya yang
tajam, kemampuan oratoris yang luar biasa, dan keahliannya dalam strategi
militer. Setelah Revolusi Oktober 1917, Trotsky menjabat sebagai Komisaris
Rakyat untuk Urusan Luar Negeri dan kemudian menjadi pendiri serta pemimpin
Tentara Merah, pasukan bersenjata yang mempertahankan kekuasaan Bolshevik
selama Perang Saudara Rusia.
Konflik
dengan Stalin dan Pengasingan
Pertarungan
politik antara Trotsky dan Stalin semakin memanas, dengan Stalin perlahan-lahan
memperkuat posisinya di dalam partai dan mengumpulkan dukungan dari berbagai
faksi. Pada tahun 1927, Trotsky dikeluarkan dari Partai Komunis dan kemudian
diasingkan ke Almaty di Kazakhstan, yang saat itu masih bagian dari Uni Soviet.
Dua tahun kemudian, pada tahun 1929, Trotsky diasingkan dari Uni Soviet
sepenuhnya dan pindah dari satu negara ke negara lain, termasuk Turki, Prancis,
dan Norwegia, sebelum akhirnya menetap di Meksiko.
Di
pengasingan, Trotsky terus menulis dan mengkritik kebijakan Stalin dan Uni
Soviet di bawah kepemimpinannya. Dia mendirikan Gerakan Oposisi Kiri
Internasional untuk menentang apa yang dianggapnya sebagai pengkhianatan terhadap
prinsip-prinsip revolusi oleh Stalin. Namun, kritiknya ini membuatnya menjadi
musuh utama Stalin dan membuatnya berada dalam bahaya besar.
Pembunuhan
di Meksiko
Pada
tahun 1936, setelah berkelana dari satu negara ke negara lain, Trotsky
diberikan suaka politik di Meksiko. Di sana, dia tinggal di rumah pasangan
seniman terkenal Diego Rivera dan Frida Kahlo sebelum pindah ke rumahnya
sendiri di Coyoacán, sebuah distrik di Kota Meksiko. Meskipun berada di
pengasingan dan jauh dari Rusia, Trotsky terus berusaha mengorganisir oposisi
terhadap Stalin, menulis artikel, buku, dan pidato yang mengkritik rezim Stalin
dengan keras.
Pada
tanggal 20 Agustus 1940, Trotsky diserang di rumahnya di Coyoacán oleh Ramón
Mercader, seorang agen rahasia Uni Soviet yang menyusup ke lingkaran dalam
Trotsky dengan menyamar sebagai pendukungnya. Mercader memukul kepala Trotsky
dengan kapak es, menyebabkan luka fatal yang membuat Trotsky meninggal keesokan
harinya pada tanggal 21 Agustus 1940. Pembunuhan ini adalah puncak dari kampanye
panjang yang dilakukan Stalin untuk menyingkirkan Trotsky dan menghapus
pengaruhnya dari sejarah Soviet.
Warisan
Trotsky
Kematian
Leon Trotsky menandai berakhirnya salah satu tokoh revolusioner paling
berpengaruh dalam sejarah modern. Meskipun Trotsky kalah dalam pertarungan
politik dengan Stalin dan dihapus dari sejarah resmi Uni Soviet selama era
Stalin, ide-idenya terus berpengaruh dalam gerakan sosialis di seluruh dunia.
Trotskyisme, interpretasi Marxisme berdasarkan ajarannya, tetap menjadi salah
satu aliran penting dalam politik kiri hingga hari ini.
Akhir
hidup Trotsky yang tragis dan pembunuhannya yang brutal mencerminkan betapa
kerasnya perjuangan politik di Uni Soviet selama era Stalin, di mana perbedaan
pendapat sering kali berarti hukuman mati. Namun, meskipun diasingkan dan
dibunuh, gagasan-gagasan Trotsky tentang revolusi permanen, demokrasi sosialis,
dan perlawanan terhadap totalitarianisme tetap hidup sebagai bagian penting
dari warisan revolusi dan politik radikal.
Catatan :
1. Naskah dibuat dengan bantuan CHAT GPT
2. Gambar dari Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar