Pada bulan September ini, tahun 1965 bangsa Indonesia mengalami
peristima besar, tragedy kebangsaan dan juga tragedy kemanusiaan yaitu dengan
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang meninggalkan luka yang
mendalam bagi rakyat Indonesia dengan korban nyawa yang tidak sedikit. Sungguh
peristiwa yang memilukan. Ribuan atau bahkan jutaan nyawa melayang dengan
menggemaskan, ribuan keluarga berantakan dan tercerai berai.
Pemberontakan PKI tahun 1965 dimulai dengan penculikan dan pembunuhan 7 petinggi
militer dari angkatan darat dan
beberapa orang lainnya. Para Jenderal yang terbunuh tersebut adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mentri/Panglima
Angkatan Darat, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirto Haryono, Mayjen
TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan dan Brigjen TNI Sutoyo
Siwwomiharjo.
Semua Jenderal itu adalah pimpinan tertinggi militer yang
organisasinya terkenal mumpuni dengan jaringan intelijen yang handal. Kenapa
mereka bisa disergap dan dilumpuhkan dengan mudah oleh pasukan penculiknya?
Kenapa intelijen tidak mencium peristiwa yang tragis ini?
Ruapanya Jenderal Ahmad Yani sudah diberi tahu peristiwa ini akan terjadi.
Brigadir Jenderal TNI Soegandi sudah menyampaikan kepada
Jenderal ini informasi bahwa PKI
akan mengadakan Kudeta. Informasi seperti itu kabarnya sudah beberapa kali
disampaikan oleh beberapa orang.
Namun informasi ini
bukan membuat Pimpinan tinggi militer ini waspada malah anehnya jenderal ini
diluar dugaan memulangkan pasukan tambahan yang diperbantukan kepada pengawal tetap yang menjaga
kediamannya. Kemudian terjadilah tragedy berdarah yang semua kita mengetahuinya sebagai Peristiwa GESTAPU.
Sumber
: Salim Haji Said, Gestapu 65, PKI,
Aidid, Sukarno dan Soeharto, Penerbit Mizan Bandung
Gambar
dari : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar