Meski kompleks Istana Presiden sudah dikosongkan dan pengawa1an Polisi Militer, pasukan baret hijau Belanda masih tetap belum berani masuk Mereka tetap saja bertahan, dengan melakukan stelingdi selokan depan Kantor Pos serta parit-parit di Benteng Vredeburg.
Beberapa menit telah berlalu, suasana masih tetap sepi. Tiba-tiba lewat pengeras suara, terdengar perintah, meminta Komandan Pasukan Pengawa1 Istana keluar. Mangil Martowidjojo, pengawa pribaili Bung Kamo melukiskan kejadian saat itu, ,,Sesudah diizinkan Bapak, saya sendirian berjalan kaki, lewat halaman rumput Di teras saya melihat sebuah bendera putih, diikatkan pada pilar teras depari Istana. Saya tidak pernah tahu., siapa telah memasang, tetapi pasti bukan anggota saya ... "
"Saya terus berjalan mendekati kedudukan tentara Belanda, tampak kepala mereka, saling bermunculan di atas tembok pagar Istana, yang hanya setinggi kurang lebih satu seperempat meter. Saya hanya melihat sedikit saja orang bule. Selebihnya, tampang-tampang Melayu. Mereka semua memakai pakaian tempur loreng-loreng mirip macan dengan bbaret warna hijau dan senapan otomatis . . .”
Dia tiba-tiba, digertak, “Lepaskan pistol mu .. _” ''Saya berhenti, melepaskan pistol ke halaman rumput Istana. Ketnudian saya berjalan menuju pojok depan sebelah kanan Istana bekas gedung pertemuan di zaman Belanda ... " ,,Siapa kower tanya Letnan Kolonel Van Beek, sambil berdiri, berkacak pinggang. “Saya Inspektur Polisi Mangil, Komandan Polisi Pengawal Presiden”
“Belum ... “
“Awas, jangan bohong. Apa dia masih di Istana?"
“Untuk apa saya berbohong?"
,”Suruh dia kemari”
' “Tuan saja yang pergi ke sana”
"Jangan cerewet. Aku tembak kowe, pasti langsung mati di sini. Suruh Soekarno datang ke sini, ... cepat”
Van Beek mendekati Bung Karno, memberi hormat, sambil berkata, ,, U staat onder huisarrest (Anda sekarang menjadi seorang tahanan rumah “
Sesaat kemudian saya melihat Bung Hatta bersama rombonganpya tiba lewat pintu utara Istana. Beliau diiringi Ny. Rahmi sambil "membopong" Moetia, diikuti Komodor Soerjadarma, Wakil Kepala Kepolisian negara Sumarto, PoerboJo Kolopaking Batangtaris serta dua anggota polisi pengawal, Soehardja dan Soemaria”
(Bersambung Part IV)
1. Bahan diambil dari Julius Pour “Doorstoot Naar Djokja”
Pertikaian Pemimpin Sipil Militer, Penerbit Kompas Jakarta 2010
2. Gambar diambil dari Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar