1. Cut Nyak Meutia dan pasangan
Cut Meutia lahir di Perlak, Aceh, pada 1870. Ia bersama sang suami, Teuku Cik Tunong, memimpin perang di daerah Pasai. Pasangan ini menggunakan taktik gerilya untuk menghadapi Belanda.
Perjuangan mereka membuat kerugian bagi Belanda. Namun, Teuku Cik Tunong ditangkap oleh Belanda dan mendapat hukuman tembak. Setelahnya, Cut Meutia menikah kembali dengan Pang Nangru yang merupakan orang kepercayaan suaminya terdahulu.
Keduanya lalu kembali melanjutkan perjuangan Teuku Cik Tunong.
2. Berjuang hingga ke rimba
Namun, perjuangan Cut Meutia dan Pang Nangru semakin berat. Mereka semakin terdesak dan akhirnya Pang Nangru tewas. Perjuangan Cut Meutia tidak surut, ketika diminta menyerahkan diri, ia memilih hidup berpindah-pindah di hutan bersama anaknya.
Hingga akhirnya, ia tersudut di persembunyian dan dengan sebilah rencong di tangan, pada 24 Oktober 1910, Cut Meutia mencoba melakukan perlawanan, namun ia gugur karena tertembak
3. Jadi pahlawan nasional dan muncul di uang kertas
Atas jasanya, pemerintah memberikan Gelar Pahlawan Nasional pada Cut Meutia lewat SK Nomor 107 Tahun 1964. Dirinya juga menjadi pahlawan perempuan yang paling sering muncul dalam lembaran rupiah.
Cut Nyak Meutia pertama kali muncul di uang kertas rupiah tahun 1992 di nominal Rp1.000 dan Rp5.000, dalam bentuk tanda air (watermark). Kedua nominal tersebut ditarik pada 2006.
Lalu, Cut Meutia juga terlihat di nominal yang sama pada 2000, 2001, dan 2006 sebagai tanda air. Pada 2006, sosoknya baru dimunculkan sebagai gambar depan di uang nominal Rp1.000.
Catatan:
1. Naskah asli dari https://www.idntimes.com/news/indonesia/lia-hutasoit-1/biografi-cut-nyak-meutia-lawan-penjajah-di-tanah-aceh/3
2. Gambar diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar