Liu Shaoqi, orang Indonesia pasti banyak yang tidak
mengenal tokoh yang satu ini. Ia Menggantikan Mao Zedong sebagai Presiden RRC
tahun 1959. Namun Mao Zedong tetap sebagai tokoh central di negara komunis
tersebut sebagai ketua Partai. Yang Namanya komunis tidak ada rasa belas
kasihan kepada sejawat, sehingga Ketika tidak disukai oleh Mao Zedong, kemudian
ia dihinakan dengan memasukkannya kedalam penjara yang kondisinya seperti
kubangan kerbau. Ia meninggal dalam keadaan terhina di penjara tersebut.
Liu Shaoqi adalah
salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Republik Rakyat China (RRC). Sebagai
presiden negara itu dari tahun 1959 hingga 1968, Liu memainkan peran penting
dalam pembangunan awal China pasca-revolusi. Namun, akhir hidupnya merupakan
salah satu episode paling tragis dalam sejarah politik modern China.
Liu Shaoqi lahir pada
tahun 1898 di Ningxiang, provinsi Hunan. Ia bergabung dengan Partai Komunis
China (PKC) pada tahun 1921 dan segera menonjol karena kecerdasannya serta
kemampuannya dalam organisasi. Liu menjadi salah satu pemimpin utama dalam
partai dan memainkan peran penting dalam berbagai kampanye dan gerakan yang
dilancarkan oleh PKC.
Pada tahun 1959, Liu
diangkat menjadi Presiden RRC, menggantikan Mao Zedong yang tetap memegang
posisi Ketua Partai Komunis China. Sebagai presiden, Liu berusaha memperbaiki
ekonomi China yang hancur akibat kebijakan "Lompatan Jauh ke Depan"
yang dipelopori oleh Mao. Ia memperkenalkan reformasi ekonomi yang lebih
pragmatis dan mendorong perbaikan dalam sektor pertanian serta industri.
Kebijakan-kebijakan Liu berhasil memperbaiki situasi ekonomi China secara
signifikan dalam waktu singkat.
Namun, hubungan Liu
dengan Mao mulai memburuk seiring dengan perbedaan pandangan dalam hal
kebijakan dan arah negara. Mao melihat reformasi ekonomi Liu sebagai ancaman
terhadap ideologinya. Konflik ini mencapai puncaknya selama Revolusi Kebudayaan
(1966-1976), sebuah gerakan yang dilancarkan oleh Mao untuk menghilangkan
unsur-unsur yang dianggap "revisionis" dalam partai dan masyarakat.
Pada tahun 1966, Liu
menjadi sasaran utama dalam kampanye Revolusi Kebudayaan. Mao dan pendukungnya
menuduh Liu sebagai "pengkhianat" dan "kapitalis jalan
raya." Liu dituduh telah merusak revolusi dengan kebijakan-kebijakannya
yang dianggap terlalu moderat. Pada bulan Agustus 1967, Liu secara resmi
dipecat dari semua posisi partainya dan ditangkap oleh Tentara Pembebasan Rakyat.
Nasib Liu setelah
penangkapannya sangat tragis. Ia diperlakukan dengan sangat buruk oleh otoritas
dan dipaksa untuk menjalani penyiksaan fisik dan mental. Liu dipindahkan dari
satu tempat penahanan ke tempat lain, sering kali dalam kondisi yang sangat buruk.
Kesehatannya memburuk secara drastis, dan ia tidak mendapatkan perawatan medis
yang layak.
Pada bulan November
1969, Liu meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan di sebuah penjara di
Kaifeng, provinsi Henan. Jenazahnya diperlakukan dengan tidak hormat, dan
keluarganya tidak diberi tahu tentang kematiannya hingga beberapa waktu
kemudian. Baru pada tahun 1980, di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, Liu
direhabilitasi secara resmi oleh pemerintah China, dan namanya dipulihkan
sebagai salah satu pahlawan revolusi.
Akhir hidup Liu
Shaoqi mencerminkan kekejaman dan kekacauan yang ditimbulkan oleh Revolusi
Kebudayaan. Revolusi kebudayaan mengorbankan banyak tokoh dekat Mao Zedong
seperti Deng Xiaoping dan puluhan pejabat penting lainnya termasuk ayah dari
pemimpin Cina sekarang Xi Jinping yang ikut merasakan hidup dalam penjara
Perjuangan internal dalam Partai Komunis China tidak
hanya menghancurkan individu seperti Liu, tetapi juga mengakibatkan kerugian
besar bagi seluruh bangsa. Kisah Liu Shaoqi adalah pengingat akan bahaya dari
politik ekstrem dan perlunya keseimbangan serta keadilan dalam pemerintahan.
Meskipun ia mengalami akhir yang tragis, warisan Liu dalam memperjuangkan
kemajuan dan reformasi tetap diakui dan dihormati oleh banyak orang di China
dan di seluruh dunia.
2. Gambar diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar