Beberapa hari terakhir ini ada seorang tokoh yang cukup terkenal di
negeri kita ini dan juga ketua umum organisasi masa islam terbesar di Negara kita yang mengatakan,
kalau tidak ada Pasukan China tidak akan ada Negara Republik Indonesia ini. Saya
cukup tergelitik membacanya dan tertantang untuk menceritakan kisah sejarah
tentang pasukan Mongol yang diperalat dan dipecundangi oleh Raden Wijaya
pendiri kerajaan Majapahit.
Dapatkan Rp.800 Juta,- dengan modal hanya Rp 25 ribu rupiah dari Bisnis
Iklan Silahkanklikhttp://www.muslimpromo.com/?ref=8100
Pada abat ke-13
masehi kerajaan Mongol merupakan kerajaan terkuat. Pengaruhnya melebihi Negara
Super Power seperti Amerika Serikat
sekarang ini. Wilayah kekuasaannya melebihi semua penguasa yang pernah tercatat
dalam sejarah seperti Alexander Agung,Khilafah Islamiyah dan Negara-negara yang
pernah jadi super power lainya.
Wilayah
kerajaannya meliputi Rusia, Asia Tengah, China, Manchuria, Irak, Parsi ,’ Polandia,
Tibet dan Asia Tenggara. Keberanian dan keberingasan pasukan Mongol ini
terkenal di mana-mana. Banyak kepala pemerintahan, mendengar namanya saja sudah
gemetar ketakutan. Sehingga kadangkala Kerajaan Mongol ini tidak perlu
berperang untuk menaklukkan suatu Negara. Cukup dengan berkirim suratsaja
meminta suatu negara untuk takluk.
Karena ketakutan maka banyak kerajaan-kerajaan yang lansung takluk.
Demikianlah
yang terjadi dengan kerajaan Singosari di Pulau Jawa yang dipimpin oleh rajanya
Kertanegara. Raja Mongol Kubilai Khan mengirim utusannya Mengki membawa surat
agar kerajaan Singosari menyatakan tunduk kepada mereka. Secara logika ketika
itu, Singosari pasti tunduk ketakutan karena reputasi kedasyatan dan kekejaman
tentara Mongol yang tidak ada perikemanusiaan sedikitpun.
Prabu Kartanegara
Di
luar akal sehat, mungkin ini typical orang Indonesia yang terkenal nekat,
jangankan ketakutan dan gemetar, malah raja kerajaan Singosari ini menantang
kerajaan super power itu dengan caranya sendiri. Mengki sang utusan dari Negeri seberang lautan itu dipotong kupingnya. Dan menyuruhnya
pulang sambil berkata, “ Bilang sama
majikan mu, jangan main-main dengan kami, kami tidak takut dengan kalian, kami
tak sudi dijajah China!”
Kita
yakin Kertanegara pasti menyadari resiko yang akan diterimanya menantang kaisar China Kubilai Khan yang terkenal
ekspansif dan kejam. Tapi kita tidak tahu juga, mungkin ia juga yakin berhasil mengatasi serbuan pasukan Mongol
nantinya. Dan ia pun sibuk memperluas kekuasaannya ke Sumatra sampai ke
Kamboja, Kalimantan Barat, Sunda, Madura, Bali serta Maluku.
Prabu Jayakatwang
Sayang
sekali karena sibuk memperluas wilayah, pertahanan dalam negeri melemah, dan
ini dijadikan kesempatan oleh Jayakatwang bupati Kediri yang sebenarnya adalah, sepupunya, merangkap, ipar dan juga
besannya mengkudeta sang Raja.
Dan
ketika serbuan pasukan Mongol datang yang di singasana bukan
lagi Kertanegara Raja yang dengan nekat
menantang kerajaan super power itu. Tapi raja baru yang mengkudetanya.
Kertanegara tewas dalam pemberontakan itu. dan pasukan Mongol tidak mengetahui
hal ini. Dan ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya menantu Kertangara yang lolos
ketika kudeta terjadi. Jadi ia dendam kepada Jayakatwang.
Raden
Wijaya dan pengikutnya membantu pasukan Mongol menggempur Jayakatwang di
Kediri. Bahkan Raden Wijaya memberikan
peta arah perjalanan menuju pusat kekuasaan Jayakatwang dan membahas
strategi penyerangan bersama pasukan Mongol.
Karena
tidak siap perang Jayakatwang kalah telak dan berhasil dihancurkan. Raden Wijaya mengajak pasukan Mongol sang
pemenang untuk merayakan kemenangan
dengan pesta dan mabuk-mabukan. Dan mereka benar-benar mabuk, ketika itulah
Raden Wijya melaksanakan agenda yang sudah direncanakan. Ia dan pasukannya
menghajar pasukan Mongol yang sedang mabuk itu, sehingga mereka kalah dan
dihabisi. Yang tersisa melarikan diri ke negerinya dan selebihnya menyerah.
Selanjutnya
berjayalah kerajaan Majapahit. Raja
Mongol tidak lagi mengirim pasukannya, mungin merasa jera dengan kenekatan
kerajaan kecil yang mereka anggap lemah itu. Begitulah kenekatan bangsa kita
dari dahulunya, Inggris saja yang perang dunia ke II tidak seorangpun
jenderalnya yang tewas. Tapi pada perang Surabaya 2 orang Jenderalnya korban, tewas dalam peperangan. Demikian juga
dalam perang di Amabarawa berhadapan dengan tentara Inggris, Inggris juga kalah
telak dan lari terbirit-birit keluar kota. Itu
terjadi pad 5 Oktober 1945 dan sekarang diperingati sebagai hari Angkatan
bersenjata.
Namun satu kelemahan orang Indonesia sehingga
Belanda bisa menguasai kita ratusan tahun, yaitu kita gampang diadu domba.sehingga taktik belanda yang terkenal “Devide
et impera” Sampai sekarang masih Nampak dengan jelas kita gampang diadu domba.
Jika ada saja yang menghasudnya maka kita bisa berkelahi sesame kita. Kalau kita bersatu tidak ada Negara di dunia
ini yang akan mengalahkan kita. Sejarah sudah membuktikan.
Catatan:
-
Naskah diolah dari , Agung Pribadi, Gara-gara Indonesia, ASMANADIA Publishing
house.
-
Gambar-gambar diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar