PKI, Partai Komunis Indonesia banyak orang yang alergi mendengar nama partai ini karena sudah beberapa kali memberontak dan katanya partai orang-orang yang tidak percaya dengan tuhan. Namun kalau kita menyimak sejarah kita harus jujur betapa partai ini sudah hancur lebur namun bisa bangkit dan Berjaya kembali. Pada zaman penjajahan tahun 1926 mereka berontak dan gagal, pemerintah Belanda menindasnya dengan bengis dan kejam.
Dalam tenggang tidak sampai 20 tahun, ketika Republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, PKI sudah sudah bangkit kembali dari kehancuran. Pada perjuangan kemerdekaan mengusir Belanda seorang tokoh PKI sempat menduduki jabatan tertinggi di Republik ini sebagai perdana mentri, Amir Syarudin. Namun kemudian kembali PKI menemui nasib sialnya, ketika pemerintah RI sedang berjuang melawan Belanda mereka berontak, pemberontakan Madiun. Untuk kedua kalinya mereka dihancur leburkan.
Tamatkah riwayatnya? Tidak. Mereka kembali menyusun
kekuatan pada pemilu 1955 mereka berhasil tampil sebagai partai besar di
Indonesia penang pemilu nomor 4. Dan sekali lagi partai ini menapak puncak
kejayaannya. Banyak tokoh partai yang menjadi pejabat penting dan menjadi orang
dekat presiden, presiden Sukarno.
Siapakah tokoh PKI yang berhasil membangun partai yang telah hancur lebur itu. Kali ini sang pemimpin adalah DN Aidid. Seperti di lansir oleh Tirto. Id D.N. Aidit adalah salah satu pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pernah membawa partai berhaluan kiri ini berjaya di kancah perpolitikan nasional.Di Tanjung Pandan, Belitung, tanggal 30 Juli 1923, Dipa Nusantara Aidit lahir dengan nama Achmad Aidit dari pasangan Abdullah bin Ismail dan Ayu Mailan. Keluarga Aidit, yang datang dari Sumatera Barat di masa lalu, termasuk kalangan terpandang di Belitung kala itu.
Dua kakek Aidit
bergelar haji. Haji Ismail, kakek dari garis ayah, adalah pengusaha yang menuai
sukses di bidang perikanan dan kaya-raya. Sedangkan kakek dari jalur ibu, Ki
Agus Haji Abdul Rahman, masih keturunan bangsawan dan dikenal sebagai tuan
tanah. “Kakek kami dulu mempunyai pekarangan seluas 2.000 meter persegi,”
kenang Murad Aidit, adik kandung Achmad, dalam buku Aidit Sang Legenda (2005).
Abdullah, ayah Achmad, merupakan tokoh agama, pendiri organisasi Nurul Islam,
salah satu pelopor pendidikan Islam di Belitung, juga seorang mantri kehutanan.
Bersama gerakan pemuda yang dipimpinnya, Abdullah pernah menentang pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Ia juga mendirikan beberapa sekolah untuk masyarakat
di bawah naungan Nurul Islam.
Perjalanan waktu membawa Achmad Aidit dari Belitung ke
Jakarta. Pada 1940, ia mendirikan perpustakaan “Antara” di Senen. Dalam
"Seri Buku Tempo" bertajuk Aidit, Dua Wajah Dipa Nusantara (2010)
disebutkan, Achmad mengganti nama menjadi Dipa Nusantara dan disetujui oleh
ayahnya. Semasa di Jakarta, Aidit mulai mempelajari paham Marxisme yang saat
itu belum termasuk ajaran terlarang di tanah air. Relasi Aidit semakin luas
karena perkenalannya dengan tokoh-tokoh terkemuka termasuk Mohammad Yamin, juga
Sukarno dan Mohammad Hatta yang nantinya menjadi para pemimpin RI.
PKI meraup banyak suara di Pemilu 1955 bahkan masuk dalam
jajaran 4 partai politik terbesar di Indonesia kala itu. PKI yang mengklaim
punya anggota hingga 3,5 juta orang kala itu juga menjadi partai komunis ketiga
terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Cina.
Selama beberapa hari
kemudian, Aidit berkeliling Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mencegah perpecahan
internal PKI namun gagal. “PKI pun terbelah dalam sayap radikal dan sayap
moderat yang menjerumuskannya dalam kekacauan,” tulis Peter Kasenda dalam
Kematian D.N. Aidit dan Kehancuran PKI (2016).
Catatan:
1.
Sumber tulisan https://tirto.id/dn-aidit-membawa-pki-jaya-sekaligus-memungkasi-sejarahnya-f5tK.
2.
Gambar diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar