(Bagian 1 dari 4 tulisan)
Setelah perang di Aceh memudar dan perang Imam Bonjol berakhir usaha anak negeri untuk mengusir penjajah Belanda tidak pernah pupus. Berbagai kelompok dan organisasi rakyat masih memendam tekat untuk mengusir Belanda yang menindas. Di Smatra yang cukup terkenal dalah pemberontan Kaum merah di Silungkang. Namanya kaum merah atau komunis namun mereka rata-rata adalah penganut islam. Dan bahkan banyak diantara mereka bergelar haji.
Seperti dilansir oleh Kiblat.Net Sebelum Silungkang, pemanasan’ menuju pemberontakan bukan terjadi di Sumatera Barat saja. Tetapi sampai ke Aceh. Di Aceh propaganda komunisme, juga menempuh kisah yang sama.
Marxisme tak banyak diminati masyarakat Aceh kecuali bagi
sejumlah orang non Aceh atau yang tak sepenuhnya berdarah Aceh di perkotaan.
Namun ketika propaganda komunisme mengawinkan antara komunisme dengan Islam,
dengan tujuan membebaskan orang-orang dari pajak dan kerja paksa serta
menggelorakan penghancuran kompeni di seluruh Aceh dan Sumatera, oleh Partai
Komunis, masyarakat segera menoleh.
Tahun 1924 terjadi pemberontakan Bakongan di satu kecamatan
kecil di Selatan Aceh dan menewaskan 119 orang aceh dan 21 serdadu Belanda. Dua
Pemimpinnya T. Raja Tampo dan Pang Karim diburu oleh Belanda. Di penghujung
tahun 1925, sekitar 18 orang Aceh ditangkap setelah mereka berusaha menyerang
transportasi Belanda di Blang Kejeren.
Di bulan Juni 1926, tangsi militer di Blang Kejeren menjadi direncanakan
diserang, namun berhasil digagalkan. 62 orang ditangkap. Apa yang terjadi di
Aceh segera disusul dengan lebih dahsyat di Minangkabau, tepatnya di
Silungkang, tempat propaganda komunisme atau Islam revolusioner tumbuh subur.
Silungkang adalah wilayah di Sumatera Barat yang menjadi
penghubung antara Padang dengan Sawah Lunto. Jarak dari Silungkang ke Padang
105 km, sedangkan dari Silungkang ke Sawah Lunto hanya 6 km saja. Sawah Lunto
adalah sebuah wilayah pertambangan batubara Ombilin. Sawah Lunto menikmati
posisi sebagai wilayah yang dilalui oleh jalur kereta api dari tambang Ombilin
ke Teluk Bayur. Penduduk Silungkang sebagian berdagang dan menjadi maju. Para
pedagang inilah yang kemudian menjadi orang-orang pertama yang menerima Sarekat
Islam dan bergerak di dalamnya.
Catatan:
1.
Sumber
tulisan https://www.kiblat.net/2016/10/03/pemberontakan-kaum-merah-di-silungkang
2.
Gambar
diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar