Sabtu, 01 Desember 2018

Pasukan Mongol yang Perkasa Diperalat dan Dipecundangi oleh Cikal Bakal Pasukan Kerajaan Majapahit


Beberapa hari terakhir ini ada seorang tokoh yang cukup terkenal di negeri kita ini dan juga ketua umum organisasi masa  islam terbesar di Negara kita yang mengatakan, kalau tidak ada Pasukan China tidak akan ada Negara Republik Indonesia ini. Saya cukup tergelitik membacanya dan tertantang untuk menceritakan kisah sejarah tentang pasukan Mongol yang diperalat dan dipecundangi oleh Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit.
Dapatkan  Rp.800 Juta,-  dengan modal hanya Rp 25 ribu rupiah dari Bisnis Iklan         Silahkanklikhttp://www.muslimpromo.com/?ref=8100


Pada abat ke-13 masehi kerajaan Mongol merupakan kerajaan terkuat. Pengaruhnya melebihi Negara Super Power seperti  Amerika Serikat sekarang ini. Wilayah kekuasaannya melebihi semua penguasa yang pernah tercatat dalam sejarah seperti Alexander Agung,Khilafah Islamiyah dan Negara-negara yang pernah jadi super power lainya.

Wilayah kerajaannya meliputi Rusia, Asia Tengah, China, Manchuria, Irak, Parsi ,’ Polandia, Tibet dan Asia Tenggara. Keberanian dan keberingasan pasukan Mongol ini terkenal di mana-mana. Banyak kepala pemerintahan, mendengar namanya saja sudah gemetar ketakutan. Sehingga kadangkala Kerajaan Mongol ini tidak perlu berperang untuk menaklukkan suatu Negara. Cukup dengan berkirim suratsaja meminta suatu negara untuk  takluk. Karena ketakutan maka banyak kerajaan-kerajaan yang lansung takluk.

Demikianlah yang terjadi dengan kerajaan Singosari di Pulau Jawa yang dipimpin oleh rajanya Kertanegara. Raja Mongol Kubilai Khan mengirim utusannya Mengki membawa surat agar kerajaan Singosari menyatakan tunduk kepada mereka. Secara logika ketika itu, Singosari pasti tunduk ketakutan karena reputasi kedasyatan dan kekejaman tentara Mongol yang tidak ada perikemanusiaan sedikitpun.

Prabu Kartanegara

Di luar akal sehat, mungkin ini typical orang Indonesia yang terkenal nekat, jangankan ketakutan dan gemetar, malah raja kerajaan Singosari ini menantang kerajaan super power itu dengan caranya sendiri. Mengki sang utusan dari  Negeri seberang lautan  itu dipotong kupingnya. Dan menyuruhnya pulang sambil berkata, “ Bilang sama majikan mu, jangan main-main dengan kami, kami tidak takut dengan kalian, kami tak sudi dijajah China!”


Kita yakin Kertanegara pasti menyadari resiko yang akan diterimanya menantang  kaisar China Kubilai Khan yang terkenal ekspansif dan kejam. Tapi kita tidak tahu juga, mungkin ia juga yakin  berhasil mengatasi serbuan pasukan Mongol nantinya. Dan ia pun sibuk memperluas kekuasaannya ke Sumatra sampai ke Kamboja, Kalimantan Barat, Sunda, Madura, Bali serta Maluku.

 Prabu Jayakatwang
Sayang sekali karena sibuk memperluas wilayah, pertahanan dalam negeri melemah, dan ini dijadikan  kesempatan  oleh   Jayakatwang bupati Kediri  yang sebenarnya  adalah, sepupunya, merangkap, ipar dan juga besannya mengkudeta sang Raja.

Dan ketika serbuan pasukan Mongol datang yang di singasana bukan lagi Kertanegara  Raja yang dengan nekat menantang kerajaan super power itu. Tapi raja baru yang mengkudetanya. Kertanegara tewas dalam pemberontakan itu. dan pasukan Mongol tidak mengetahui hal ini. Dan ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya menantu Kertangara yang lolos ketika kudeta terjadi. Jadi ia dendam kepada Jayakatwang.

Raden Wijaya dan pengikutnya membantu pasukan Mongol menggempur Jayakatwang di Kediri. Bahkan Raden Wijaya memberikan  peta arah perjalanan menuju pusat kekuasaan Jayakatwang dan membahas strategi penyerangan bersama pasukan Mongol.

Karena tidak siap perang Jayakatwang kalah telak dan berhasil dihancurkan.  Raden Wijaya mengajak pasukan Mongol sang pemenang  untuk merayakan kemenangan dengan pesta dan mabuk-mabukan. Dan mereka benar-benar mabuk, ketika itulah Raden Wijya melaksanakan agenda yang sudah direncanakan. Ia dan pasukannya menghajar pasukan Mongol yang sedang mabuk itu, sehingga mereka kalah dan dihabisi. Yang tersisa melarikan diri ke negerinya dan selebihnya menyerah.

Selanjutnya berjayalah kerajaan Majapahit.  Raja Mongol tidak lagi mengirim pasukannya, mungin merasa jera dengan kenekatan kerajaan kecil yang mereka anggap lemah itu. Begitulah kenekatan bangsa kita dari dahulunya, Inggris saja yang perang dunia ke II tidak seorangpun jenderalnya yang tewas. Tapi pada perang Surabaya 2 orang Jenderalnya  korban, tewas dalam peperangan. Demikian juga dalam perang di Amabarawa berhadapan dengan tentara Inggris, Inggris juga kalah telak dan lari terbirit-birit keluar kota. Itu terjadi pad 5 Oktober 1945 dan sekarang diperingati sebagai hari Angkatan bersenjata.

 Namun satu kelemahan orang Indonesia sehingga Belanda bisa menguasai kita ratusan tahun, yaitu kita gampang diadu domba.sehingga taktik belanda yang terkenal “Devide et impera” Sampai sekarang masih Nampak dengan jelas kita gampang diadu domba. Jika ada saja yang menghasudnya maka kita bisa berkelahi sesame kita.  Kalau kita bersatu tidak ada Negara di dunia ini yang akan mengalahkan kita. Sejarah sudah membuktikan.
Catatan:
-          Naskah diolah dari , Agung Pribadi, Gara-gara Indonesia, ASMANADIA Publishing house.
-          Gambar-gambar diambil dari google