Sabtu, 09 Mei 2020

Hubertus Van Mook Ingin Menguasai kembali Indonesia Dengan Mengoyak-Ngoyak Wilayah Republik Indonesia Menjadi Puluhan Negara-Negara Kecil


Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Belanda yang dengan mudah diusir oleh Jepang dari Nusantara  pada perang dunia ke-2 melakukan berbagai upaya  untuk menguasai kembali Indonesia yang merupakan sumber kekayaan mereka. Maka mulailah perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dalam usaha untuk merebut kembali Indonesia, di pihak Belanda ada dua orang tokoh yang memegang peranan penting. Yang pertama adalah Jenderal Simon Spoor yang sangat yakin Republik Indonesia akan gampang dilenyapkan dengan kekuatan militer. Yang kedua adalah Hubertus Van Mook yang berusaha melemahkan Republik Indonesia dengan cara mencabik-cabik Indonesia menjadi Negara- Negara kecilyang berada dibawah Sri Ratu mereka.

Simoon Spoor sudah merasa berhasil dengan tugasnya ketika Belanda Menyerbu Yogyakarta yang waktu itu  ibukota RI pada agresi ke dua dan menawan Presiden, wakil dan beberapa mentri lainnya. Sedangkan  Hubertus Van  Mook sudah merasa kemenangan ditangan mereka ketika perjanjian Renvile di setujui oleh Republik Indonesia, dan wilayah Republik Indonesia sudah sangat mengecil. Namun sejarah mencatat kemenangan yang sudah di depan mata itu akhirnya lenyap dengan kecerdikan dan kegigihan tokoh-tokoh militer dan sipil Indonesia.
Simon Spoor sudah kita tulis secara panjang lebar di blog ini. Sekarang kita kan membahas siapa Van Mook sebenarnya.

Hubertus van Mook lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 30 Mei 1884. Ayahnya bernama Matheus Adrianus Antonius van Mook, yang meninggalkan Belanda tak lama setelah menikahi Cornelis Rensina Bouwman pada 1893. Di Hindia Belanda, ayahnya  menjadi inspektur/penilik SR di Surabaya. Mereka suami istri datang ke Hindia Bealnda sebagai pengajar.Meskipun ia memang keturunan Belanda yang lahir di tanah Hindia, dia anggap Hindia Timur Belanda -terkhusus Jawa- itu berbeda dengan Belanda. Bahkan dia anggap dirinya sebagai "orang Hindia dan menganggap Jawa sebagai tanah kelahirannya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar HBS di Soerabaja, van Mook pindah ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan tinggi teknik di Delft. Tahun 1914 sempat masuk dinas ketentaraan sukarela dan melanjutkan studi tentang Indonesia di Universitas Leiden pada tahun 1916 dan lulus tahun 1918. Setelah itu, ia kembali ke Hindia Belanda dan ditugaskan menjadi inspektur mengurusi distribusi pangan di Semarang. Tahun 1921 menjadi penasihat urusan pertanahan di Yogyakarta. Tahun 1927 menjadi asisten residen urusan kepolisian di Batavia. Dalam tahun 1930-an dia menjadi ketua departemen urusan ekonomi

Tanggal 20 November 1941 van Mook diangkat menjadi Menteri Urusan Tanah Jajahan (Minister of Colonies). Awal 1942 menjelang masuknya Jepang ke Indonesia, van Mook menjadi Wakil Gubernur-Jenderal dan berusaha mendapatkan dukungan militer dari Amerika Serikat untuk pengadaan persenjataan melawan Jepang, namun bantuan yang dinanti-nantikan terlambat datang, meskipun telah dibayar tunai. Saat Jepang mendarat di Jawa, van Mook mengungsi ke Australia, sementara Gubernur-Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer tetap berada di Indonesia. Tjarda van Starkenborgh ditawan Jepang, kemudian dibawa ke Manchuria dan baru dilepaskan pada bulan September 1945.


Pada tahun-tahun akhir Perang Pasifik van Mook yang berada di Australia tetap menyandang pangkat Wakil Gubernur Jenderal meskipun secara de facto bertindak selaku Gubernur Jenderal karena Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan Jepang dan setelah dibebaskan diangkat menjadi Duta Besar Belanda di Prancis. Pangkat van Mook tetap Wakil Gubernur Jenderal tetapi secara de facto dia melakukan tugas sebagai Gubernur Jenderal. Dia menjabat dari tanggal 14 September 1944 sampai 1 November 1948.

Untuk menguasai Indonesia kembali setelah Jepang kalah pada perang dunia ke –dua Van Mook berjuang melalui diplomasi dengan cara memecah belah Indonesia menjadi Negara-negara kecil yang berada dibawah naungan kerajaan Belanda. Strategynya ini berhasil secara gemilang dengan disetujuinya oleh delegasi Republik Indonesia Perjanjian Renvile yang mempersempit wilayah Republik Indonesia.

Pada peta ini kita melihat warna merah Republik Indonesia itu hanya Sumatra dan sebagian pulau Jawa, yaitu Banten dan Jawa tengah. Selebihnya yang tidak bewarna merah adalah kekuasaan belanda dengan bentuk Negara-negara kecil. Perjanjian yang sangat merugikan.
Namun itulah Belanda, orang orang seperti Van Mook dan rakyat Belanda pada umumnya masih mengira orang Indonesia itu bodoh-bodoh dan gampang diakali. Dengan perjanjian Renvile ini meskipun wilayah  Negara Republik Indonesia telah sangat mengecil namun entah disadari atau tidak oleh  Belanda, Belanda telah mengakui Indonesia sebagai suatu Negara merdeka. Kesempatan ini digunakan oleh para pemimpin kita untuk mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB. Dan diplomat-diplomat kita yang ulung berhasil mempengaruhi Negara-negar di benua Asia dan Afrika termasuk Amerika untuk mengakui Indonesia. Hampir semua Negara Arab memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia.

Bagaimana dengan wilayah Indonesia yang sudah menjadi wilayah pemerintah Belanda yang terkenal dengan garis Van Mook itu?  Garis Van Mook, juga dikenal dengan Garis Status Quo, adalah perbatasan buatan yang memisahkan wilayah milik Belanda berdasarkan perjanian Renvile.
Mula-mula Indonesia menunjukkan kepatuhannya dengan mengososngkan wilayah kedudukan mereka. Paling terkenal adalah hijrah Pasukan Siliwangi ke daerah Republik Indonesia. Namun tak berapa lama setelah itu meliter Indonesia menyusupkan pasukan-pasukan grilya untuk mengganggu daerah kekuasaan Belanda.Dan ini nantinya menjadi alasan Belanda pula untuk melakukan agresi ke 2 dengan tujuan menuntaskan melenyapkan Negara Republik Indonesia dari bumi Nusantara.

Sepertinya berhasil juga. Namun sekali lagi Belanda keliru. Tak berapa hari kemudia muncul Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra. Dan di Jawa Jenderal Sudirman dengan pasukannya melakukan perlawanan secara grilya yang  merepotkan belanda dan memaksa mereka  untuk kembali berunding. Dan dalam perundingan diplomat-diplomat kita menunjukkan kelasnya dan akhirnya memaksa Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.



Setelah upaya menguasai Indonesia ini kembali gagal Van Mook  dengan kecewa meninggalkan Indonesia  kemudian bekerja  bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pakar pengembangan kawasan. Sejak 1960 van Mook memilih menetap di L'Illa de Sorga, Prancis sampai akhir hayatnya, tahun 1965.

Catatan:
1.    Bahan diolah dari berbagai sumber antara lain - -https://id.wikipedia.org/wiki/Hubertus_Johannes_van_Mook, https://id.wikipedia.org/wiki/Garis_Van_Mook, https://historia.id/politik/articles/berjudi-di-atas-renville-v5499https://historia.id/politik/articles/berjudi-di-atas-renville-v5499
2.    Gambar diambil dari google