Jumat, 22 Mei 2015

MENYIMAK SEPAK TERJANG SI JAGAL WESTERLING DIINDONESIA (1)


Asal Usul
Bagi rakyat Indonesia Raymond Pierre Paul Westerling bukan nama  yang asing, hampir seluruh rakyat Indonesia yang pernah belajar di SD mendengar dan membaca pada pelajaran sejarah bahwa pria ini adalah seorang  serdadu belanda yang memimpin pasukannya untuk membantai pejuang kemerdekaan dan rakyat Indonesia. Bahkan di Sulawesi selatan jumlah total yang dibunuhnya mencapai 40.000, nyawa. Suatu angka yang fantastis (walaupun ada yang meragukan angka ini).  Suatu tragedi pedih yang dialami generasi pejuang kemerdekaan. Kita tidak boleh melupakan begitu saja peristiwa ini meskipun sudah berlalu sekian puluh tahun. Dan generasi  Belanda sekarang ini sudah mulai berlagak suci, seperti manusia tidak berdosa saja, seolah melupakan bahwa generasi bangsa mereka pernah menjadi manusia barbar yang membunuh manusia seperti membunuh hewan saja.
Untuk itulah, secara bersambung dalam blog MARI MENENGOK SEJARAH ini dimuat  kisah si penjagal itu.



Westerling lahir di Istanbul Turki  pada 31 Agustus 1919. Masa kecilnya tak banyak terungkap, sebagian besar  tertutup rapat. Dalam stambuk tentara KNIL, namanya hanya tertera sebagai Kapten Westerling. Orangtuanya adalah pasangan pedagang karpet. Ayahnya seorang Belanda, ibunya keturunan Yunani.
Ketika berusia 5 tahun, kedua orang tuanya meninggalkan Westerling. Anak tak bahagia itu lalu hidup di panti asuhan. Tempat itulah mungkin yang membentuk dirinya menjadi orang yang tidak bergantung dan terikat pada siapa pun.
Westerling yang sudah tertarik pada buku-buku perang sejak masih belia. Dan ia menemukan kesempatan untuk jadi tentara ketika Perang Dunia II pecah. Desember 1940, ia datang ke Konsulat Belanda di Istanbul. Westerling menawarkan diri menjadi sukarelawan. Ia diterima. Tapi untuk itu, sebelumnya ia harus bergabung dengan pasukan Australia.
Bersama kesatuannya, Westerling ikut angkat senjata di Mesir dan Palestina. Dua bulan kemudian ia dikirim ke Inggris dengan kapal. Di sini kesewenang-wenangannya mulai muncul. Ia menyelinap menuju Kanada, melaporkan diri ke Tangsi Ratu Juliana, di Sratford, Ontario. Di situlah ia belajar berbahasa Belanda.
Westerling lalu dikirim ke Inggris. Ia bergabung dalam Brigade Putri Irene. Di Skotlandia, ia memeroleh baret hijaunya. Ia juga mendapat didikan sebagai pasukan komando. Spesialisasinya adalah sabotase dan peledakan. Ia pun mendapat baret merah dari SAS (The Special Air Service), pasukan khusus Inggris yang terkenal. Dan yang membanggakannya, ia pernah bekerja di dinas rahasia Belanda di London, pernah menjadi pengawal pribadi Lord Mountbatten, dan menjadi instruktur pasukan Belanda—untuk latihan bertempur tanpa senjata dan membunuh tanpa bersuara. Tapi ia pun pernah dipekerjakan di dapur sebagai pengupas kentang.
Ternyata, hidup di barak bagi seorang Westerling menjemukan. Ia ingin mencium bau mesiu dan ramai pertempuran sebenarnya, bukan cuma latihan. Cita-citanya kesampaian pada 1944, Inggris menerjunkannya ke Belgia. Dari situ ia bergerak ke Belanda Selatan. Menurut buku De Zuid-Celebes Affairs, di Belgia itulah ia kali pertama merasakan perang sesungguhnya. Tapi, menurut Westerling sendiri, dalam Westerling, ‘De Eenling’ (Westerling, Si Penyendiri), perkenalan pertamanya dengan perang terjadi di hutan-hutan Burma.
Berkilau agaknya prestasi militer Westerling. Tapi entah mengapa ia meninggalkan satuannya, pasukan elit Inggris, dan masuk menjadi anggota KNIL. Ia lalu terpilih masuk dalam pasukan gabungan Belanda-Inggris di Kolombo. Pada September 1945, bersama beberapa pasukan, Westerling diterjunkan ke Medan, Sumatera Utara.
Tujuannya, menyerbu kamp konsentrasi Jepang Siringo-ringo di Deli, dan membebaskan pasukan pro-Belanda yang ditawan. Ia berhasil.
Sebulan kemudian tentara Inggris mendarat di Sumatera Utara, dan entah bagaimana Westerling bergabung dengan pasukan ini. Tugasnya, melakukan kontraspionase, demikian kata buku Westerling, De Eenling. Di Medan ia mengkoordinir orang-orang Cina, membentuk pasukan teror Poh An Tui (PAT).

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar