Jumat, 23 Oktober 2020

DN Aidid, Sukses Membangkit PKI yang Telah Cerai Berai, Mengatarkan ke Puncak Kejayaan Kemudian Hancur Kembali

PKI, Partai Komunis Indonesia banyak orang yang alergi mendengar nama partai ini karena sudah beberapa kali memberontak dan katanya partai orang-orang yang tidak percaya dengan tuhan. Namun kalau kita menyimak sejarah kita harus jujur betapa partai ini sudah hancur lebur namun bisa bangkit dan Berjaya kembali. Pada zaman penjajahan tahun 1926 mereka berontak dan gagal, pemerintah Belanda menindasnya dengan bengis dan kejam. 


Dalam tenggang tidak sampai 20 tahun, ketika Republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, PKI sudah sudah bangkit kembali dari kehancuran. Pada perjuangan kemerdekaan mengusir Belanda seorang tokoh PKI sempat menduduki jabatan tertinggi di Republik ini sebagai perdana mentri, Amir Syarudin. Namun kemudian kembali PKI menemui nasib sialnya, ketika pemerintah RI sedang berjuang melawan Belanda mereka berontak, pemberontakan Madiun. Untuk kedua kalinya mereka dihancur leburkan.





Tamatkah riwayatnya? Tidak. Mereka kembali menyusun kekuatan pada pemilu 1955 mereka berhasil tampil sebagai partai besar di Indonesia penang pemilu nomor 4. Dan sekali lagi partai ini menapak puncak kejayaannya. Banyak tokoh partai yang menjadi pejabat penting dan menjadi orang dekat presiden, presiden Sukarno.

Siapakah tokoh PKI yang berhasil membangun partai yang telah hancur lebur itu. Kali ini sang pemimpin adalah DN Aidid. Seperti di lansir oleh Tirto. Id D.N. Aidit adalah salah satu pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pernah membawa partai berhaluan kiri ini berjaya di kancah perpolitikan nasional.Di Tanjung Pandan, Belitung, tanggal 30 Juli 1923, Dipa Nusantara Aidit lahir dengan nama Achmad Aidit dari pasangan Abdullah bin Ismail dan Ayu Mailan. Keluarga Aidit, yang datang dari Sumatera Barat di masa lalu, termasuk kalangan terpandang di Belitung kala itu.

 Dua kakek Aidit bergelar haji. Haji Ismail, kakek dari garis ayah, adalah pengusaha yang menuai sukses di bidang perikanan dan kaya-raya. Sedangkan kakek dari jalur ibu, Ki Agus Haji Abdul Rahman, masih keturunan bangsawan dan dikenal sebagai tuan tanah. “Kakek kami dulu mempunyai pekarangan seluas 2.000 meter persegi,” kenang Murad Aidit, adik kandung Achmad, dalam buku Aidit Sang Legenda (2005). Abdullah, ayah Achmad, merupakan tokoh agama, pendiri organisasi Nurul Islam, salah satu pelopor pendidikan Islam di Belitung, juga seorang mantri kehutanan. Bersama gerakan pemuda yang dipimpinnya, Abdullah pernah menentang pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Ia juga mendirikan beberapa sekolah untuk masyarakat di bawah naungan Nurul Islam.



Perjalanan waktu membawa Achmad Aidit dari Belitung ke Jakarta. Pada 1940, ia mendirikan perpustakaan “Antara” di Senen. Dalam "Seri Buku Tempo" bertajuk Aidit, Dua Wajah Dipa Nusantara (2010) disebutkan, Achmad mengganti nama menjadi Dipa Nusantara dan disetujui oleh ayahnya. Semasa di Jakarta, Aidit mulai mempelajari paham Marxisme yang saat itu belum termasuk ajaran terlarang di tanah air. Relasi Aidit semakin luas karena perkenalannya dengan tokoh-tokoh terkemuka termasuk Mohammad Yamin, juga Sukarno dan Mohammad Hatta yang nantinya menjadi para pemimpin RI.

 D.N. Aidit menapaki karier politik di asrama mahasiswa Menteng 31 yang identik sebagai markas aktivis pemuda “radikal” kala itu. Ia berproses bersama kaum muda revolusioner seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, Subadio Sastrotomo dan lainnya. Disebutkan pula bahwa Aidit turut terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok menjelang kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Namun, Aidit juga terlibat dalam perlawanan PKI di Madiun tahun 1948.

 Setelah itu, Aidit sempat menghilang -ada yang menyebut ia berada di Vietnam bagian utara- sebelum muncul lagi menjelang Pemilu 1955. Aidit dengan cepat mengambil-alih kendali PKI dari golongan pemimpin tua macam Alimin dan Tan Ling Djie.

PKI meraup banyak suara di Pemilu 1955 bahkan masuk dalam jajaran 4 partai politik terbesar di Indonesia kala itu. PKI yang mengklaim punya anggota hingga 3,5 juta orang kala itu juga menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Cina.

Entah karena sudah merasa kuat atau sudah waktunya   terjadilah peristiwa berdarah yang dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang menyebabkan kematian beberapa perwira tinggi TNI-AD dan menyudutkan PKI sebagai salah satu unsur utama upaya kudeta. Para pemimpin PKI mulai diburu, termasuk D.N. Aidit.

 Dalam Kronik 65: Catatan Hari per Hari G30S Sebelum Hingga Setelahnya 1963-1971 (2017) yang disusun Kuncoro Hadi dan kawan-kawan diungkapkan, pada 2 Oktober 1965 dini hari, Aidit terbang dari Jakarta menuju Yogyakarta dengan pesawat Dakota T-443 setelah sebelumnya lolos dari sergapan tentara. Sesaat usai mendarat di Yogyakarta, Aidit langsung menuju Semarang untuk menggelar rapat dengan beberapa pemimpin PKI lainnya. Rapat ini menghasilkan pernyataan bahwa G30S adalah masalah internal AD dan PKI tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan ini.



 Selama beberapa hari kemudian, Aidit berkeliling Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mencegah perpecahan internal PKI namun gagal. “PKI pun terbelah dalam sayap radikal dan sayap moderat yang menjerumuskannya dalam kekacauan,” tulis Peter Kasenda dalam Kematian D.N. Aidit dan Kehancuran PKI (2016).

 Kubu Aidit termasuk kelompok moderat yang ingin menyelamatkan PKI dari ancaman pemberangusan lantaran blunder yang terlanjur terjadi. Di sisi lain, ada kubu radikal yang dimotori oleh Utomo Ramelan dan kawan-kawan yang memilih terus melakukan perlawanan. Para pemimpin PKI terus menjadi sasaran buruan, termasuk D.N. Aidit. Sampai akhirnya, dalam suatu operasi militer pada pertengahan November 1965, Aidit tertangkap di Surakarta. Tanggal 22 November 1965, D.N. Aidit seharusnya dibawa ke Semarang, ke markas Kodam Diponegoro. Hanya saja, raganya tidak pernah tiba di Semarang. Di Boyolali, pemimpin PKI ini dieksekusi mati tanpa pernah sempat diadili. Hingga kini, di mana tepatnya kuburan maupun jasad D.N. Aidit belum ditemukan secara pasti


.Dengan peristiwa G30 S PKI ini kembali partai komunis itu dihancur leburkan, Ribuan anggotanya ditangkap dan dibunuh. Malah kali ini pemabasmiannya tidak tanggung-tanggung betul-betul dibasmi sampai ke akar-akarnya. Harapan bangkit kembali rasanya sangat tipis. Di samping situasi global bangkrutnya komunis di mana-mana. Namun di tanah air sudah mulai timbul kekahawatiran sebagian orang bahwa partai komunis sudah menunjukkan gejala sudah mulai bangkit kembali.

Catatan:

1.     Sumber tulisan https://tirto.id/dn-aidit-membawa-pki-jaya-sekaligus-memungkasi-sejarahnya-f5tK.

2.     Gambar diambil dari google

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar