Sabtu, 08 Mei 2021

Runtuhnya Kemaharajaan Majapahit

 


Majapahit kerjaan besar yang pernah ada di Nusantara. yang pernah menguasai hampir seluruh bagian yang kini disebut Indonesia, menyisakan penggal sejarah kelam. Terjadi Perang Paregreg sebagai salah satu awal kehancuran kemaharajaan yang berdiri sejak akhir abad ke-13 Masehi ini.

Majapahit membawahi tidak kurang dari 98 kerajaan di Nusantara. Wilayah kekuasaan kerajaan Hindu-Buddha ini mencakup Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Maluku. Namun kemudian timbul pertanyaan. Kerajaan Sebesar itu bagaimana bisa berakhir dan hanya tinggal dalam sejarah Saja.

Kemunduran ini dimulai dengan dipecatnya Maha Patih Gajah Mada oleh Raja Hayam Wuruk karena peristiwa perang Bubad yang di luar perkiraan. Dalam Novel yang di tulis oleh Langit Kristiadi, Gajah Mada menyesalkan pemecatan ini hanya karena seorang perempuan yaitu Diah Pitaloka dan keluarganya dalam perang Bubat. Diah Pitaloka adalah calon permaisuri Hayam wuruk.

Dengan ketidak hadiran Gajah Mada beransur –ansur satu persatu kerjaan dibawahnya mulai melepaskan diri. Namun yang paling melemahkan adalah perang saudara antara sesame keturunan raja. Diantaranya adalah Perang Paregreg.

Setelah Hayam Wuruk wafat sebagai penerus takhta Majapahit, tampillah Wikramawardhana, menantu Hayam Wuruk alias suami dari Kusumawardhani. Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk dari permaisuri. Kepemimpinan Wikramawardhana ternyata mendapat guncangan dari kalangan internal kerajaan sendiri. Perlawanan tersebut dikobarkan oleh Bhre Wirabhumi yang merupakan putra Hayam Wuruk dari istri selir.



 Wikramawardhana menguasai bagian keraton barat Majapahit. Sedangkan, Bhre Wirabhumi memimpin keraton bagian timur. Pertikaian ini bersumber pada masalah perebutan kepemimpinan pemerintahan di antara para penguasa daerah atau raja-raja taklukan yang masih merupakan kerabat istana. Tahun 1405, pecahlah polemik antara pihak Wikramawardhana melawan kubu Bhre Wirabhumi yang kemudian disebut sebagai Perang Paregreg. Perang saudara ini dimenangkan oleh Wikramardhana setelah Bhre Wirabhumi tewas pada 1406.



Deretan penerus penguasa Majapahit setelah Wikramawardhana (1389-1429) tidak ada yang mampu membangkitkan kejayaan kerajaan yang pernah digapai pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

Dikutip dari The Name's of Hayam Wuruk Sister's (1978) karya J. Noorduyn, pusat pemerintahan Majapahit dipindahkan dari Trowulan ke Daha (Kediri) pada era kepemimpinan Girindrawardhana atau Brawijaya VI (1478-1489).

 Pindahnya ibu kota tidak membuat kondisi Majapahit membaik, bahkan semakin lemah pengaruhnya. Terlebih dengan kemunculan pusat kekuasaan baru di Jawa, yakni Kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah, pangeran Majapahit, putra dari Bhre Kertabumi atau Brawijaya V (1468-1478).



Keruntuhan Majapahit dituntaskan oleh serangan  Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Sultan Trenggana (1521-1546). Trenggana adalah penguasa Kesultanan Demak ke-3 setelah Raden Patah dan Pati Unus.

Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Ajaran Islam kala itu memang sedang berkembang pesat dan kian melemahkan pamor Majapahit yang mayoritas rakyatnya menganut agama Hindu atau Buddha.



Tahun 1527, Sultan Trenggana mengirim pasukan untuk menduduki Majapahit dan mengambil-alih wilayah-wilayah taklukan yang masih tersisa. Kemaharajaan yang pernah amat besar dan perkasa itu pun akhirnya benar-benar musnah.

Catatan:

1.   1.    Naskah diadopssi dari https://tirto.id/sejarah-perang-paregreg-awal-runtuhnya-kerajaan-majapahit-f9CB

2.  2.     Gambar diambil dari google.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar