Senin, 04 November 2019

Simon Spoor Jenderal Belanda yang Sangat Yakin Bisa Menguasai Indonesia Kembali Setelah Proklamasi Kemerdekaan (Bagian ke-2)


Kebencian Jenderal Simon Spoor kepada Sudirman sebenarnya adalah menunjukkan rasa frustasi yang semula menduga hanya dalam waktu dua minggu pekerjaannya selesai dan tuntas. Indonesia kembali seperti semula menjadi Hindia Belanda jajahan yang siap dikuras. Mereka ingin mengembalikan Indonesia layaknya kondisi sebelum mereka diusir oleh Jepang.

Pada suatu kesempatan ia mengucapkan kekesalannya  terhadap Jenderal Sudirman “Ia tadinya bekerja sebagai guru sekolah. Memang patut dipuji, tetapi sementara itu, ia "sepenuhnya besar kepala", "sombong tak terkira" mengenakan seragam dengan "tanda penghargaan Jepang, epolet berwarna emas yang bintang tiga, serta memakai kopiah".


"… Ia memandang peranannya adalah sebagai seorang "bapak" bagi pasukannya dan melambangkan semangat perjuangan nasional. Urusan organisasi dan taktis ia serahkan kepada para perwira staf yang boleh dikatakan berasal dari KNIL” Memang Jenderal Sudirman memilih stafnya tanpa memandang latar belakang mereka tapi berdasarkan kompetensi mereka. Meskipun ia berasal dari PETA tapi staf utamanya adalah Abdul Haris Nasution dan TB. Simatupang yang berlatar belakang KNIL. Inilah yang dimarahkan Spoor. Selanjutnya  jenderal Belanda ini menyatakan:


"… Ia menentang mati-matian segala bentuk perundingan dengan Belanda. Ia tidak mau menerima satu pun kompromi dan hanya puas dengan 100 persen merdeka."
"… Tindakan keras diperlukan untuk memaksa orang Indonesia mengumumkan gencatan senjata. Bertentangan dengan janji yang berulang-ulang mereka berikan kepada otoritas Belanda. Jenderal Soedirman dan tentara Republik menyabot setiap kemajuan diplomasi, ‘Klan militer mencengkeram Pemerintah Republik,"


Kepada Soedirman dan kawan-kawan, Spoor merumuskan empat syarat, TRI harus dibersihkan dari segala anasir yang tidak diinginkan, TRI hanya berlaku sebagai polisi militer untuk memerangi banditisme dan terorisme di daerah-daerah tertentu, Pasukan Belanda bertindak selaku sandaran belakang apabila ternyata TRI tidak mampu melaksanakan pekerjaannya, TRI dan pasukan Belanda berada di bawah satu komando tunggal Belanda.


Namun, Soedirman tentu saja menolak mentah-mentah syarat Belanda tersebut. TRI terus-menerus melakukan perlawanan sporadis dan sistematis terhadap tentara Belanda yang membuat Spoor makin jengkel dan kesal. Dan berita perlawanan rakyat Indonesia selalu dikumandangkan oleh radio PDRI yang Belanda tidak tahu di mana mereka berada.

Puncaknya dalah ketika pasukanTNI berhasil merebut kembali Yogyakarta meskipun hanya selama 6 Jam. Namun gaungnya terdengar kemana-mana. Mendengar berita-berita ini PBB mulai yakin bahwa Republic Indonesia masih exist, tidak seperti klaim Belanda yang menyatakan Repblik Indonesia sudah terkubur dari permukaan bumi. Karenanya PBB mendesak kedua belah pihak untuk maju ke meja perundingan. Meskipun sebenarnya dua jenderal yang bermusuhan ini Sudirman dan Spoor tidak setuju dengan perundingan.




Di meja perundingan diplomat Indonesia  Mohammad Roem menunjukkan kelasnya, memperdaya utusan Belanda Royen yang menghasilkan Konfrensi Meja Bundar yang berujung penyerahan kedaulatan Indonesia.



Jenderal Simon Spoor sangat kecewa dengan hasil perundingan ini. Namun pihal sipil Belanda juga menyalahkannya karena tidak berhasil menaklukkan TNI dalam kurun waktu tertentu. Kekecewaannya ini membuat dia jantungan dan berujung pada kematiannya pada tanggal 25 1949. Meskipun kemudian ada rumor yang menyatakan ia tewas disergap Tentara Nasional Indonesia pimpinan Maraden Pangabean di Sumatra Utara. Begitulah nasib seorang Jenderal Belanda yang sangat percaya diri dan sekarang terkubur di di Menteng Pulo, Jakarta Selatan.


Kegagalan Jendeal Spoor ini karena ia tidak memperhitungkan faktor Soedirman dan rasa nasionalisme rakyat Indonesia. Ia terlalu percaya diri dengan kemampuan tempur anak buahnya. Rasa frustrasinya ini terus dibawanya hingga hari kematiannya tiba

Catatan :
1.    Bahan di olah dari
-http://www.indeksberita.com/jenderal-spoor-panglima-terlalu-percaya-diri/
-https://republika.co.id/berita/selarung/suluh/plzrae354/seteru-seru-jenderal-soedirman-vs-jenderal-spoor
- Seri Buku Tempo, Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir, Pt. Gramedia Jakarta
2.    Gambar diambil dari google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar