Kamis, 04 Juni 2020

Mengenang Pembantaian Rakyat Banda oleh Belanda tahun 1621

 
Selama menguasai Kepulauan Nusantara, Belanda sering melakukan pembunuhan berskala  besar  terhadap penduduk Nusantara dengan berbagai cara. Ada yang pembantaian secara lansung dan ada pula pembunuhan dengan cara kerja paksa yang mengakibatkan rakyat tewas karena kelelahan dan kelaparan


Sekurangnya selama mengangkangi nusantara  ada empat kali pembunuhan besar-besaran yang dilakukan  Belanda terhadap rakyat Nusantara, yaitu Pembantaian di Pulau Banda, Kerja Paksa membangun Jalan dari Anyer ke Panarukan yang berjarak seribu kilometer dan yang terakhir ketika Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya yaitu pembantaian yang dilakukan Westerling dan pasukannya. Di samping pembunuhan- pembunuhan lainnya ketika memadamkan pemberontakan dan menaklukan suatu daerah.

Berbicara masalah pembantaian di pulau Banda ini pembicaraan tidak bisa luput mengenai sosok Jan Pieterszoon Coen yang bertanggungjawab lansung terhadap pembantaian itu. Ketika itu JP Coen menjabat Gubernur Jenderal. Ia datang ke Banda dari Batavia tanggal 27 Februari 1621 dengan tujuan menciptakan monopoli perdagangan pala. Selain pasukan tentara-tentara VOC, JP Coen membawa tentara VOC yang telah habis masa kontrak, orang-orang mardijkers (orang-orang Portugis di Batavia yang dibebaskan setelah mereka menganut Kristen Protestan seperti orang-orang Belanda), dan musketiers (para relawan). Ia juga membawa orang-orang hukuman dari Pulau Jawa untuk bekerja sebagai pendayung perahu dan tentara bayaran Jepang yang disebut Ronin (samurai yang tidak mempunyai pimpinan lagi).

Operasi penaklukan Banda dimulai 3 Maret 1621. JP Coen dan pasukannya mulai menyerang Banda Besar di pagi hari tanggal 11 Maret 1621. Hanya dalam sehari semalam mereka berhasil menguasai seluruh pulau itu. Desa Selamon – tempat awal Islam masuk ke Banda – dijadikan markas besar mereka di sana. Selain menguasai desa mereka juga menyita balai desa untuk digunakan sebagai kantor Gubernur Banda yang baru yaitu Kapten Martin ‘t Sionck, dan mesjid di sebelah balai untuk penginapan pasukan. Orang Kaya Jareng dari Selamon menolak mesjid digunakan untuk para pasukan Belanda. Ia tidak berkeberatan jika mesjid digunakan oleh Gubernur Sionck. Namun Sionck tidak peduli dengan tanggapan Orang Kaya Jareng tersebut. Ia juga tidak mengizinkan Orang Kaya Jareng dan penduduk desa menggunakan mesjid untuk ibadah yang akan dilaksanakan dua hari kemudian.

Hari-hari tegang dan mencekam, namun belum terjadi insiden berarti. Hingga suatu malam, terdengar suara keras dari dalam masjid. Rupanya, lampu gantung jatuh dengan tiba-tiba. Namun, kegaduhan itu membuat Belanda curiga dan menuduh warga sedang mempersiapkan serangan .

Kericuhan tidak terhindarkan karena VOC segera merespons dengan tindakan keras, bahkan kejam. Warga dibantai tanpa ampun, tidak hanya di Pulau Lontor dan Naira, melainkan di pulau-pulau lainnya. Yang berhasil melarikan diri hanya sekitar 300-an orang saja.
Pasukan VOC beserta para serdadu bayarannya menghancurkan apapun yang mereka temui, termasuk rumah-rumah penduduk dan perahu-perahu milik warga, selain terus membunuhi orang-orang yang tidak sempat kabur. 

JP Coen menangkap para Orang Kaya Banda. Mereka dipaksa mengaku sebagai pemicu kerusuhan. Satu kurungan bambu berbentuk bulat dibangun di luar Benteng Nassau. Delapan Orang Kaya paling berpengaruh digiring masuk ke dalam kurungan. Mereka dituduh bersekongkol untuk membunuh Gubernur Jenderal JP Coen. Enam orang serdadu algojo Jepang kemudian diperintahkan masuk ke dalam kurungan. Dengan pedangnya yang tajam mereka memotong kedelapan Orang Kaya ini menjadi empat bagian. Berikutnya ke-36 Orang Kaya lainnya dipenggal kepala, lalu dipotong-potong badannya. Potongan kepala dan badan ditancapkan pada ujung bambu untuk dipertontonkan kepada masyarakat.

Coen memang bertindak sangat kejam sebagai perwujudan balas dendam. Hampir seluruh penduduk di Kepulauan Banda dimusnahkan dengan sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan Diperkirakan dari 15 ribuan penduduk Kepulauan Banda saat itu, yang tersisa kurang dari 1000 orang saja akibat pembantaian VOC tersebut.

Setelah berhasil  membantai hampir seluruh  penduduknya, Belanda lalu sepenuhnya menguasai Kepulauan Banda yang amat kaya dengan rempah-rempah itu dan mendapatkan keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun kemudian.

Note:
1.    Sumber tulisan - https://tirto.id/pembantaian-orang-orang-banda-czNl dan http://rizanoanders.staff.unja.ac.id/pembantaian-belanda-paling-kejam
2.    Gambar diambil dari google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar