Minggu, 07 Februari 2021

Penjara- Penjara yang Pernah Disinggahi Bung Karno dalam Upaya Memerdekakan Bangsanya


 Segenap penduduk Republik Indonesia mungkin tidak ada yang meragukan komitmen perjuangan Proklamator Kemerdekaan RI dalam memperjuangkan bangsanya. Masa muda yang sebenarnya bisa cemerlang dan berkibar namun dihabis kan dengan perjuangan yang tiada henti, dengan susah payah sehingga ia hidup dari penjara  kepenjara. Bayangkan seorang Insinyur ketika itu, seandainya ia mau bekerja biasa saja atau bekerja dengan Belanda tentulah ia sangat kaya raya



Namun tidak, demi bangsanya ia memilih hidup susah untuk memperjuangkan cita-citanya Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan rakyatnya yang tentram dan sehatera yang waktu itu kemungkinan akan terwujut  sangat tipis sekali. Nah inilah penjara yang dilaluinya seperti yang dilansir oleh Idntimes.

1. Lapas Banceuy


Dilansir dari jabar.kemenkumham.go.id, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Banceuy dibangun oleh arsitek Belanda pada 1877. Lapas ini terletak di Jalan Banceuy No. 8 Kota Bandung. Penjara Banceuy yang dibangun Pemerintah Belanda ini awalnya untuk tahanan politik tingkat rendah dan kriminal.

Di penjara ini ada 2 macam sel, yaitu sel untuk tahanan politik di lantai atas dan sel untuk tahanan rakyat jelata di lantai bawah. Sukarno pernah mendekam di penjara ini. Ia menempati sel nomor 5 yang hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter dan berisi kasur lipat juga toilet nonpermanen.

Pada 29 Desember 1929, Sukarno bersama 3 rekan dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja ditangkap di Yogyakarta. Ia kemudian dijebloskan ke penjara Banceuy selama lebih kurang 8 bulan.

Untuk membela dirinya, Sukarno menyusun pledoi yang sangat terkenal dengan judul Indonesia Menggugat. Pledoi ini dibacakan di sidang pengadilan yang digelar di Gedung Landraad, yang kini menjadi Gedung Indonesia Menggugat di Jalan Perintis Kemerdekaan (dahulu Jalan Gereja) Bandung, setelah sebelumnya sempat menjadi kantor Badan Metrologi.

2. Lapas Sukamiskin

Lapas Sukamiskin dibangun pada 1918. Lapas ini mulai difungsikan pada 1924 sebagai tempat hukuman bagi kaum intelektual yang dianggap melakukan kejahatan politik, karena bertentangan dengan Penguasa Belanda dengan nama “STRAFT GEVANGENIS VOOR INTELECTUELEN”. Lapas ini berlokasi di Jalan AH Nasution, nomor 114 Bandung.

Sukarno pernah menghuni kamar no 1 Blok Timur Atas. Di penjara seluas lebih dari dua hektare ini, Sukarno menjalani hukuman di salah satu sel dari 552 sel Penjara Sukamiskin sejak Desember 1930. Bung Karno kala itu ditahan karena memiliki konflik politik, di mana dia bertentangan dengan penguasa Belanda.

Kini, sel penjara yang pernah ditempati Bung Karno tersebut menjadi sebuah museum dan diberi tulisan “Bekas Kamar Bung Karno”. Lapas ini juga menjadi saksi lahirnya sebuah karya buku berjudul “Indonesia Menggugat” yang ditulis oleh Bung Karno. 

3. Kota Ende



Tempat pengasingan Bung Karno berikutnya adalah Kota Ende, yang terletak di pesisir selatan Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat ini dulu dikenal sepi dan sunyi. Bung Karno diasingkan di Kota Ende selama empat tahun pada 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938.

Bung Karno diasingkan sebagai tahanan politik bersama keluarga kecilnya. Dia diasingkan ke Kota Ende setelah menempuh perjalanan laut selama delapan hari. Dia ditangkap oleh Pemerintah Belanda karena bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo).

Lokasi rumah pengasingan ini berada di Jalan Perwira. Rumahnya mungil yang terdiri dari beberapa kamar, yang di dalamnya terpajang beberapa peninggalan benda-benda Bung Karno selama diasingkan.

Terbiasa berada di lingkungan yang ramai dan berinteraksi dengan banyak orang, membuat Sukarno frustasi karena harus diasingkan di tempat yang sunyi. Selama menjalani pengasingan, Sukarno diawasi super ketat oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Meski dilanda rasa frustrasi, Sukarno tidak pernah menyerah. Dia bangkit dan mulai menjalin komunikasi dengan warga sekitar. Semua kalangan diajaknya berkomunikasi, termasuk dari berbagai agama. Selain itu, Sukarno juga banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan berdialog dengan banyak misionaris.



4. Bengkulu



Setelah empat tahun mendekam di rumah pengasingan di Ende, Sukarno dipindahkan ke rumah pengasingan di Bengkulu. Sukarno menempati rumah pengasingan di Bengkulu pada 1938 hingga 1942.

Siapa sangka, pengasingan ini menjadi tempat berseminya cinta Bung Karno dengan Fatmawati. Di sana jugalah, Sukarno mempersunting Fatmawati menjadi istri yang memberinya lima orang anak.

Rumah pengasingan di Bengkulu memiliki satu ruang kerja yang terletak di bagian depan, satu ruang tamu, dan dua kamar tidur keluarga. Rumah pengasingan tersebut berada di jantung kota Bengkulu. Rumah pengasingan di Bengkulu ini menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikenal masyarakat.

5. Berastagi




Berastagi juga menjadi tempat pengasingan Sukarno selanjutnya. Berastagi terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pada 1948, Berastagi menjadi tempat pengasingan Sukarno saat Belanda melakukan Agresi Militer II.

Tidak hanya Sukarno, Sutan Sjahrir, dan Haji Agus Salim juga turut diasingkan bersama Sukarno. Tetapi mereka hanya diasingkan 12 hari. Dengan alasan keamanan, ketiganya dipindahkan ke pinggir Danau Toba.

6. Pulau Bangka



Setelah Berastagi, tempat pengasingan Sukarno selanjurnya adalah Pulau Bangka, yaitu di Kota Muntok atau Mentok. Sukarno dipindahkan ke Bangka pada 1949. Ia pun menyusul jejak Hatta (Wakil Presiden Pertama Indonesia) yang lebih dulu diasingkan di kota ini.

Keduanya ditempatkan di sebuah wisma di Bukit Menumbing. Mobil Ford berpelat BN 10 menjadi salah satu peninggalan Hatta yang masih dikenang hingga sekarang.

7. Boven Digoel




Lokasi selanjutnya adalah rumah pengasingan Boven Digoel. Boven Digoel adalah penjara alam yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda di Papua. Kondisinya cukup miris. Lokasi Boven Digoel paling terpencil, sehingga kecil kemungkinan bisa kabur dari tempat tersebut.

Selain itu, para tahanan yang ada di Boven Digoel juga terancam penyakit malaria yang kapan saja bisa merenggut dan menyerang mereka. Tempat pengasingan ini menjadi salah satu lokasi yang paling ditakuti para pejuang.

Meski begitu, kabar Sukarno yang diasingkan di Boven Digoel sempat dikatakan tidak benar. Sehingga belum dapat dipastikan apakah benar Sukarno ikut diasingkan ke tempat ini. Selain Sukarno, Hatta dan Sutan Sjahrir juga pernah diasingkan di tempat ini.

Catatan:

Tulisan diambil dari https://www.idntimes.com/news/indonesia/axel-harianja/kisah-sukarno-dan-7-penjara-tempat-pengasingannya/7












Tidak ada komentar:

Posting Komentar