Selama penjajahan Belanda yang lebih kuran 300 tahun, ribuan bahkan mungkin jutaan rakyat Nusantara atau Indonesia yang telah menjadi korban Negara kecil di Eropa yang mengaku beradab itu. Kejahatan mereka sungguh diluar prikemanusian. Selama menjabat mereka begitu kejam dan kebijakannya membuat penderitaan yang berkepanjangan dengan membuat jutaan nyawa melayang. Sehingga tidak berlebihan kalau kekejaman Belanda dengan tokoh-tokohnya ini setara dengan NAZI Jerman.
Siapa mereka? Dikutip lansung dari
IDNTIMES..COM dan Quora. Com inilah mereka:
1. Pieter Both
Tokoh Belanda pertama yang pasti kamu kenal adalah Pieter Both. Ia merupakan gubernur jenderal Hindia Belanda pertama yang menjabat pada 1610 hingga 1614. Pieter Both memiliki banyak "pencapaian" di masa jabatannya.
Ia terlibat dalam berdirinya VOC pada tahun 1602, berhasil mendirikan pos perdagangan di Banten, mengusir Spanyol dari Tidore, serta membuat perjanjian dengan penguasa di Maluku untuk menguasai rempah-rempah.
Pencapaian terakhir itulah yang membuat rakyat semakin menderita. Semua tenaga dan keringat diperas habis-habisan untuk bercocok tanam. Namun semua hasil pertanian direbut oleh Pieter Both demi kepentingan pemerintah Hindia Belanda.
2. Jan Pieterszoon Coen
Jan Pieterszoon Coen atau J.P. Coen. Kamu pasti mengenal tokoh Belanda yang satu ini. Ia adalah gubernur jenderal VOC keempat yang menjabat pada 1619-1623. Pemerintah Hindia Belanda menilai bahwa J.P. Coen sangat sukses dan menguntungkan mereka sehingga ia dilantik kembali di tahun 1627-1629.
J.P. Coen memang membawa banyak keuntungan untuk VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Contohnya adalah memindahkan markas VOC dari Banten ke Jayakarta yang kemudian diubah menjadi Batavia. Dengan pemindahan ini, organisasi dagang tersebut semakin melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru Nusantara.
Salah satu ciri khas dari kepemimpinan J.P. Coen adalah politik adu domba atau devide et impera. Ia sering kali mendekati para pemimpin kerajaan dan menghasut mereka agar berperang dengan satu sama lain serta berbalik mendukung VOC.
3. Herman Willem Daendels
Siapa yang tak kenal Herman Willem Daendels atau yang "akrab" disapa Daendels ini? Ia adalah gubernur jenderal dari Hindia Belanda yang menjabat pada tahun 1808 hingga 1811. Walaupun masa kepemimpinannya cukup singkat, kekejaman Daendels tak ada saingannya.
Ialah tokoh di balik munculnya istilah kerja rodi. Ia mempraktikkan kebijakan tersebut untuk membuat jalan raya dari Anyer, Jawa Barat hingga Panarukan, Jawa Timur yang dinamakan Jalan Raya Pos.
Pemimpin otoriter itu memiliki ambisi besar di balik pembangunan jalan raya tersebut. Ia ingin melancarkan pengangkutan komoditas pertanian serta menjadikannya sarana untuk pertahanan militer terhadap Sekutu.
Sesuai keinginan Daendels, hanya butuh waktu satu tahun untuk menyelesaikan jalan sepanjang 1.084 kilometer tersebut. Namun proyek Anyer-Panarukan sering disebut sebagai gerakan genosida karena menelan ribuan korban.
4. Godert van der Capellen
Jika kita lihat ke belakang, Belanda sempat "pergi" sebentar dari Indonesia karena kekuasaannya direbut oleh Inggris. Hanya berlangsung selama lima tahun, Belanda kembali lagi menjajah negeri ini.
Saat itu, Godert van der Capellen-lah orang yang ditunjuk untuk menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda (1816-1826). Ia mengemban tugas yang sangat besar, yaitu memperbaiki situasi ekonomi Belanda, memperkuat pengaruh, dan melindungi wilayah kekuasaan dari potensi serangan Sekutu.
Semasa menjabat, Van der Capellen ingin merebut hati rakyat Indonesia. Oleh karena itu ia banyak membuat kebijakan yang pro pribumi. Di antaranya adalah mengurangi monopoli perdagangan rempah-rempah, membangun sekolah dasar, hingga melakukan imunisasi cacar. Itulah kenapa pemerintahan Van der Capellen dinilai tidak sekejam tokoh Belanda lainnya.
Akan tetapi, pemerintah pusat di Belanda tidak menyukai cara Van der Capellen karena dinilai terlalu lemah. Ia pun segera dipulangkan dan digantikan dengan Hendrik Merkus de Kock.
5. Johannes van den Bosch
Johannes van den Bosch. Kamu pasti tak asing lagi dengan nama pemimpin Belanda yang satu ini. Selama menjabat, yaitu di tahun 1830 hingga 1834, ia memiliki satu kebijakan yang sangat terkenal dan sukses di mata Belanda. Ialah culturstelsel atau tanam paksa.
Sistem tanam paksa dilakukan Van den Bosch demi mengisi kosongnya kas Belanda akibat Perang Diponegoro yang terjadi pada 1825 hingga 1830. Pada saat yang sama, terjadi Perang Kemerdekaan Belgia di negara Belanda sehingga mereka butuh banyak rempah-rempah dan hasil bumi untuk dijual.
Melalui kebijakan tersebut, rakyat dipaksa menanam lada, kopi, tebu, karet, dan teh untuk Belanda. Volume ekspor pun berhasil digenjot hingga 14 persen . Semua utang Belanda lunas, kas kerajaan pun penuh kembali.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pelaksanaan sistem tanam paksa melenceng dari perjanjian. Jumlah setoran petani terus dinaikkan, upah semakin ditekan, dan luas tanah untuk menanam hasil bumi lainnya kian sempit. Rakyat sangat menderita dengan diberlakukannya kebijakan ini.
6. JB Van Heutsz
JB van Heutsz adalah perwira tentara Belanda yang menguasai Aceh. Setelah menjadi gubernur sipil dan militer, ia berhasil naik jabatan menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda di tahun 1904. Ia melaksanakan kebijakannya berlandaskan kekerasan.
Van Heutsz bersama dengan Snouck Hurgronje, penasihatnya selalu menyerang wilayah yang ingin ditaklukkannya dengan senjata. Pertumpahan darah adalah makanan sehari-hari saat ia berkuasa.
Tak hanya itu, ia pun sering melakukan devide et impera. Rakyat, kaum ulama, dan bangsawan, semua elemen masyarakat diadu domba agar meminta bantuan kepada Belanda. Van Heutsz tercatat pernah melakukan pembantaian terhadap ratusan warga di Gayo, Aceh untuk melaksanakan semua ambisinya.
7. Wilhelmina
Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau adalah ratu Belanda yang menjabat pada tahun 1890 hingga 1948. Walaupun tidak berkuasa di Indonesia, nama Wilhelmina menjadi terkenal karena ia adalah orang yang menentang kemerdekaan kita.
Menjelang tahun 1945, Ratu Wilhelmina sempat mengadakan konferensi yang disiarkan melalui radio Indonesia. Ia berjanji bahwa suatu hari ia akan membentuk negara persemakmuran yang terdiri dari Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda (Indonesia), di bawah pimpinan Ratu Belanda. Tentu saja, rakyat menolak hal ini karena menginginkan kemerdekaan yang seutuhnya.
Di tahun 1945, keadaan Belanda kacau balau. Perekonomian jatuh karena perang dengan Sekutu dan Jepang, sedangkan Indonesia berusaha keras untuk melepaskan diri dari jajahan.
Karena itulah, Wilhelmina dan anaknya, Juliana mengirimkan ribuan pemuda Belanda ke Tanah Air dengan tujuan merebut kekuasaan kembali. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
8. Raymond Westerling (1919 – 1987)
Westerling yang lahir
di Istanbul merupakan blesteran Yunani-Belanda yang berzodiak Virgo. Ia adalah
seorang Kapten Korps Speciale Troepen (KST) dalam Koninklijk
Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang terkenal kejam. Sepak terjang
kekejamannya selama revolusi kemerdekaan Indonesia tercatat dari Medan sampai
Makassar. Ribuan orang telah kehilangan nyawanya gara-gara ulah Westerling yang
dijuluki The Turk. Di Sulawesi Selatan selama perang kemerdekaan Indonesia
berlansung ia telah membantai hampir 40 ribu pejuang dan rakyat sipil. Ia tidak
pernah diadili karena kekejamannya di masa lalu. Seolah pemerintah Belanda
membenarkan pembantaian ini.
9. Rudy de Mey
Selain Westerling,
perwira kejam lain di KST adalah Rudy de Mey yang berpangkat letnan. Letnan
Rudy adalah komando pembantaian di Rengat, Riau. Pembantaian oleh KST yang
menewaskan 400–2600 jiwa termasuk bapaknya penyair Chairil Anwa. Pembantaian
ini berlansung secara singkat. Sebelum menerjunkan pasukan yang dipimpin oleh
Rudy de Mey menghujani jalan-jalan, pasar dimana orang sedang berbelanja dan
rumah penduduk dengan bom dengan pesawat Mustang P-51. Begitu perkasanya
Belanda melawan Republik Indonesia yang baru lahir dan minus persenjataannya.
Kontras dengan kedaadaanya yang diserbu Jerman yang begitu loyo dan lemah hanya
dalam satu minggu menyerah. Pembantaian ini kemudian dikenal dengan Bloedbad van
Rengat yang terjadi pada tanggal 5 Januari 1949.
10. Alphonse Jean Henri
Wijnen (1912 - 2001)
Wijnen yang kerap
disapa Fons dilahirkan di Visé, Belgia, dan berzodiak Gemini ini merupakan
orang yang paling bertanggungjawab atas peristiwa Pembantaian Rawagede (Bloedbad
van Rawagede). Wijnen yang saat itu merupakan Mayor KNIL bertanggungjawab
penuh pada pembantaian yang terjadi pada 9 Desember 1947. Peristiwa pembantaian
itu memakan korban jiwa sebanyak 431 orang dan termasuk dalam kejahatan perang
karena digolongkan sebagai eksekusi di tempat tanpa perlawanan (standrechtelijke
excecuties).
Nasib Wijnen sama
halnya seperti Westerling, yaitu lolos dari hukuman. Wijnen bahkan naik pangkat
sampai kolonel. Ia dapat lolos dari hukuman karena dilindungi oleh Jenderal
H.A. Felderhof. Padahal Jenderal KNIL Simon Spoor sudah memberikan rekomendasi
untuk menindak Wijnen sehingga dihukum berat. Akhirnya rekomendasi Spoor tidak
ditanggapi dan Wijnen pun melenggang bebas hingga akhir hidupnya.
Itulah sepuluh orang Belanda yang selama menjajah Nusantara yang melalukan pembantaian dengan sadis sekelas nazi jerman terhadap penduduk dan penjuang. Tulisan ini sengaja di publikasi semoga dibaca oleh generasi sekarang yang seolah sudah meremehkan kan arti kemerdekaan dan seperti merindukan untuk dijajah oleh bangsa asing lagi. Bahwa sangat terhina dan menderita hidup dibawah penjajahan
Catatan :
1. Naskah dikutip lansung dari https://www.idntimes.com/science/discovery/izza-namira-1/daftar-tokoh-belanda-indonesia-paling-kejam/7 dan Quora.com
2. Gambar diambil dari google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar