Tan Malaka sukses membangun sekolah yang
sekaligus juga merupakan sekolah kader bagi pejuang pembebasan Indonesia dari
penjajahan Belanda. Namun masalah lain muncul dalam Sarekat Islam.
Anggota-anggota lama melihat makin banyak anggota SI yang sudah beraliran
komunis. Mereka tidak ingin dalam organisasi SI ada yang beraliran komunis,
oleh karena itu mereka meminta mereka yang beraliran komunis untuk keluar dari
Sarekat Islam.
Perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam ini membuat
Tan Malaka sangat gelisah. Apapun alasanya, perpecahan dalam tubuh SI akan
menguntungkan pemerintah penjajahan Belanda yang sejak semula mengharapkan
kehancuran sekolah-sekolah SI. Selain itu organisasi SI it
u sendiri menurut
Belanda telah terkontaminasi oleh unsur komunis yang membahayakan kolonialisme.
Menurut Tan Malaka, pergerakan pembebasan rakyat
Indonesia memiliki peranan yang signifikan ketika terjadi sinergisitas antara
gerakan komunis dengan gerakan islam radikal.
Pada Oktober 1921Semaun meninggalkan Indonesia untuk bergabung dengan Komunis
Internasional di Moskow Rusia sebagai wakil Partai Komunis Indonesia(PKI). Dalam kongres bangsa-bangsa Timur
Jauh. Tan Malaka menggantikan Semaun sebagai ketua PKI. Mulai saat itu Tan
Malaka semakin gencar melakukan aksi-aksi revolusionernya demi membebaskan
rakyat Indonesia dari penindasan Belanda. Langkah awal yang dilakukan oleh Tan Malaka adalah
mengatsi perpecahan yang terdapat dalam
tubuh Sarekat Islam dan menyelamatkan eksitensi sekolah SI yang berbasis Marxis
yang sudah dibangunnya.
Dalam pidato-pidatonya Tan Malaka berkata bahwa
perpecahan di dalam Sarekat Islam adalah siasat semata dari aparat kolonial
untuk memecah belah perjuangan rakyat untuk membebasakan dirinya sendiri.
Buah dari aksi revolusioner ini adalah terjadinya
aksi pemogokan oleh pegawai penggadaian,
dimana pemogokan dipicu oleh tindakan dari penjajah Belanda yang melakukan
efesiensi dengan cara memecat para kuli dan memberikan tambahan kerja kepada
kepada pegawai pegadaian.
Aksi pemogokan pegawai pegadaian ini mendapat
dukungan dari Tan Malaka, dan saat itu Tan Malaka berseru :
Serikat-serikat buruh
lainnya tidak bisa menonton begitu saja, karena apabila para pemogok
diberhentikan, para kapitalis di lain-lain perusahaan dengan mengambil contoh dari pemerintah, bisa
dengan cepat melepaskan buruh mereka.
Atas seruan Tan malaka ini, meletuslah pemogokan
umum, pemogokan yang tidak hanya terjadi di perusahaan penggadaian saja, tetapi
terjadi juga di perusahaan-perusahaan lainnya.
Pemogokan tersenbut sudah tentu memicu reaksi
keras dari pemerintah penjajahan Belanda. Berbagai aksi pemogokan lalu dibubarkan secara paksa. Ribuan buruh
ditangkap. Ada yang dibuang ke Boven
Digul (Irian), ada yang mendapat hukuman berat, ada yang dibunuh dan ada
pula ratusan buruh yangdipecat dari pekerjaannya.
Tentu saja Tan Malaka tidak luput dari aksi penangkapan tersebut.
Pada awalnya Tan Malaka akan dibunuh oleh pemerintah penjajahan Belanda, tetapi
dengan berbagai pertimbangan akhirnya
Tan Malaka hanya mendapatkan hukuman pembuangan.
Semula Tan Malaka akan dibuang oleh penjajah
belanda ke Boven Digul, namun atas permintaan Tan malaka sendiri yang meminta
untuk dibuang ke negeri Belanda dan ongkos ke negeri belanda akan ditanggungnya
sendiri. Maka berangkatlah Tan Malaka ke Negeri Belanda, negeri tempatnya dulu
menimba ilmu melalui pendidikan formal dan non formal.
. (Sumber: Paharizal, S. Sos.,
M.A, Ismantoro Dwi Yuwono, ”Misteri Kematian Tan Malaka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar