Senin, 25 Januari 2016

TAN MALAKA DAN PERJUANGANNYA ( PART II)


Tan Malaka sukses membangun sekolah yang sekaligus juga merupakan sekolah kader bagi pejuang pembebasan Indonesia dari penjajahan Belanda. Namun masalah lain muncul dalam Sarekat Islam. Anggota-anggota lama melihat makin banyak anggota SI yang sudah beraliran komunis. Mereka tidak ingin dalam organisasi SI ada yang beraliran komunis, oleh karena itu mereka meminta mereka yang beraliran komunis untuk keluar dari Sarekat Islam.
Perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam ini membuat Tan Malaka sangat gelisah. Apapun alasanya, perpecahan dalam tubuh SI akan menguntungkan pemerintah penjajahan Belanda yang sejak semula mengharapkan kehancuran sekolah-sekolah SI. Selain itu organisasi SI it
u sendiri menurut Belanda telah terkontaminasi oleh unsur komunis yang membahayakan kolonialisme.
Menurut Tan Malaka, pergerakan pembebasan rakyat Indonesia memiliki peranan yang signifikan ketika terjadi sinergisitas antara gerakan komunis dengan gerakan islam radikal.

Pada Oktober 1921Semaun meninggalkan Indonesia untuk bergabung dengan Komunis Internasional di Moskow Rusia sebagai wakil Partai Komunis Indonesia(PKI). Dalam kongres bangsa-bangsa Timur Jauh. Tan Malaka menggantikan Semaun sebagai ketua PKI. Mulai saat itu Tan Malaka semakin gencar melakukan aksi-aksi revolusionernya demi membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan Belanda. Langkah  awal yang dilakukan oleh Tan Malaka adalah mengatsi perpecahan  yang terdapat dalam tubuh Sarekat Islam dan menyelamatkan eksitensi sekolah SI yang berbasis Marxis yang sudah dibangunnya.
Dalam pidato-pidatonya Tan Malaka berkata bahwa perpecahan di dalam Sarekat Islam adalah siasat semata dari aparat kolonial untuk memecah belah perjuangan rakyat untuk membebasakan dirinya sendiri.

Buah dari aksi revolusioner ini adalah terjadinya aksi pemogokan  oleh pegawai penggadaian, dimana pemogokan dipicu oleh tindakan dari penjajah Belanda yang melakukan efesiensi dengan cara memecat para kuli dan memberikan tambahan kerja kepada kepada pegawai pegadaian.
Aksi pemogokan pegawai pegadaian ini mendapat dukungan dari Tan Malaka, dan saat itu Tan Malaka berseru :
Serikat-serikat buruh lainnya tidak bisa menonton begitu saja, karena apabila para pemogok diberhentikan, para kapitalis di lain-lain perusahaan  dengan mengambil contoh dari pemerintah, bisa dengan cepat melepaskan buruh mereka.
Atas seruan Tan malaka ini, meletuslah pemogokan umum, pemogokan yang tidak hanya terjadi di perusahaan penggadaian saja, tetapi terjadi juga di perusahaan-perusahaan lainnya.
Pemogokan tersenbut sudah tentu memicu reaksi keras dari pemerintah penjajahan Belanda. Berbagai aksi pemogokan  lalu dibubarkan secara paksa. Ribuan buruh ditangkap. Ada yang dibuang ke Boven Digul (Irian), ada yang mendapat hukuman berat, ada yang dibunuh dan ada pula ratusan buruh yangdipecat dari pekerjaannya.
Tentu saja Tan Malaka  tidak luput dari aksi penangkapan tersebut. Pada awalnya Tan Malaka akan dibunuh oleh pemerintah penjajahan Belanda, tetapi dengan berbagai pertimbangan  akhirnya Tan Malaka hanya mendapatkan hukuman pembuangan.
Semula Tan Malaka akan dibuang oleh penjajah belanda ke Boven Digul, namun atas permintaan Tan malaka sendiri yang meminta untuk dibuang ke negeri Belanda dan ongkos ke negeri belanda akan ditanggungnya sendiri. Maka berangkatlah Tan Malaka ke Negeri Belanda, negeri tempatnya dulu menimba ilmu melalui pendidikan formal dan non formal.
. (Sumber: Paharizal, S. Sos., M.A, Ismantoro Dwi Yuwono, ”Misteri Kematian Tan Malaka)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar