Di
media masa kita sering melihat kebiadaban anggota ISIS terhadap tawanannya.
Yaitu memancung kepala mereka yang sudah tidak berdaya. Melihat ini saya ingat
buku sejarah, Kebiadaban ini juga dulu dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda
kepada rakyat bangsa kita, malahan kepada kaum perempuan yang
sebenarnya tidak terlibat dalam dalam perjuangan, kebetulan keluarga dari
pejuang yang memberontak.
Minggu yang lalu dalam Blog ini saya menulis, Misteri
Perjanjian Damai Kaum paderi dengan Belanda. Disaat itu kaum Paderi
sedang diatas angin, menang dalam setiap pertempuran. Belanda betul-betul
terdesak. Pada waktu yang bersamaan di Jawa terjadi pemberontakan Pangeran Diponegoro. Belanda juga
kewalahan, karena pasukannya tidak cukup. Aneh diluar nalar kita Kaum Paderi
bersedia berdamai dengan Belanda yang sedang terdesak itu. Dengan demikian
Belanda dengan leluasa menarik pasukannya dari bumi Minangkabau untuk
dihadapkan dengan rakyat Jawa yang sedang memberontak.
Lima tahun lamanya dengan susah payah Belanda
memadamkan pemberontakan pangeran Jawa itu. Dan akhirnya Pangeran
Diponegoro kalah, dicurangi dalam suatu perundingan dia ditangkap. Nantinya
nasib dicurangi ini juga dialami oleh pimpinan Paderi Tuanku Imam Bonjol.
Selesai mengalahkan Pangeran Diponegoro,
pemerintah kolonial Belanda kembali memfokuskan pasukannya untuk melawan kaum
Paderi. Pada tahun 1831 pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jnderal Michiels
menyerang Naras dan Tujuh Koto, Naras, sebuah kampong yang
indah habis terbakar oleh tembakan meriam belanda. Tuanku Nan Cadiak, pimpinan
pasukan paderi daerah itu bersama pengikutnya mengunsi ke Bonjol melalui danau.
Malang, ibu, istri dan putri Tuanku Nan Cadiak tertangkap dan dengan sadis dibantai oleh pasukan Belanda. Kepala istri Pimpinan Paderi ini dipancung,
dan dipertontonkan kepada rakyat di Pariaman.
Culasnya lagi, Elout pimpinan pasukan belanda menyandera 2 orang putri Tuanku Nan
Cadiak mengancam akan menganiaya mereka, sehingga membuat Tuanku Nan Cadiak terpaksa
menyerah. Selanjutnya menyandera perempuan dan anak-anak merupakan pola
pemerintah kolonial
Peristiwa inilah yang menurut pendapat saya,
Pemerintah Kolonial Belanda jauh lebih sadis dari ISIS. ISIS hanya memancung
musuhnya tapi tidak anak dan istri pejuang yang mereka tangkap yang sebenarnya tidak terlibat dalam peperangan.
Daftar kebiadaban Belanda ini mungkin akan
sangat panjang kalau kita telusuri kebiadaban yang dilakukan ditempat lain. Dan
ini sengaja saya tulis, karena banyak kalangan sekarang ini masih menganggap
Belanda adalah Majikan mereka. Menyedihkan lagi mereka menganggap bekas
perompak yang terorganisir ini sebagai pembela hak azazi manusia.
Sumber: Sjafnir Aboe Nain
“TUANKU IMAM BONJOL, 1988.
Dilengkapi Gambar dari google.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar