Kamis, 25 Maret 2021

Mengenal lebih Dekat Sutan Syahrir Tokoh Kemerdekaan yang Berasal dari Sumatra Barat

 


Sutan Syahril tokoh pejuang kemerdekaan di samping Sukarno dan Hatta. Mereka bertiga ini tidak bisa dipisahkan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Mereka pernah sama-sama dipenjara, menghadapi saat saat gentingnya agresi Belanda yang berusaha melenyapkan Republik Indonesia. Diantara para pejuang Sutan Syahrir lah satu-satunya tokoh yang pernah bertengkar dengan Sukarno.

Berikut ini beberapa fakta menarik dari sang tokoh yang dikutip lansung dari Idntimes.com

1. Pejuang yang andal bermain sepak bola 


katailmu.com
Selain gemar membaca, Sjahrir kecil juga merupakan penggemar sepak bola. Ia pernah tergabung dalam Club Voetbalvereniging Poengkoer (klub sepak bola di tempat tinggalnya) dan klub sepak bola Luno di sekolahnya.
Menurut Mrazek, Sjahrir adalah penyerang tengah yang andal. Ia sering kali memperoleh uang saku tambahan dari bermain sepak bola. Bahkan, ketika dirinya diasingkan ke Boven Digul oleh pemerintah Kolonia Hindia Belanda pun Sjahrir sering bermain sepak bola dengan para buangan lainnya.
2. Tidak menyelesaikan studinya 


Ketika remaja, Sjahrir terdaftar sebagai pelajar di Leiden School of Indology. Di sini, ia mendalami dunia politik dan menjadi anggota Perhimpunan Indonesia yang dipimpin Hatta. Tetapi, ketika pemerintah kolonial Belanda menangkap Soekarno, ia menghentikan studinya dan pulang ke tanah air pada 1931. Sejak saat itu, ia menggabungkan diri dalam perjuangan dan tidak berniat menyelesaikan pendidikannya.
Ketika ia ditanya soal pendidikannya yang tidak selesai, Ia menjawab bahwa titel itu tidak terlalu penting. Yang lebih penting adalah bagaimana tiba pada kebenaran yang harmonis dan pribadi sifatnya. Pernyataan ini diungkapkan Sjahrir dalam Indonesische Overpeinzingen.
3. Memiliki anak angkat 


Setelah dibuang ke Boven Digul, pembuangan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira. Di sinilah ia bertemu dengan anak angkatnya: Des Alwi, Lily, Mimi dan Ali. Selain dianggap anak oleh Sjahrir, mereka juga dianggap anak oleh Hatta. Des Alwi dimasukan ke sekolah teknik dan biayai oleh Hatta. Selain itu, Des Alwi juga menjadi ahli radio gelap Sjahrir pada masa pendudukan Jepang

4. Tidak hadir saat proklamasi kemerdekaan


Sjahrir adalah salah satu tokoh yang dikenal mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Bahkan, saking ingin segera merdeka, Sjahrir dikabarkan membuat teks proklamasi versinya sendiri. Menurut Mrazek, naskah proklamasi Sjahrir diketik sepanjang 300 kata.
Akan tetapi, ketika proklamasi berkumandang pada 17 Agustus 1945, Sjahrir tidak hadir di sana. Ia menilai kalau deklarasi itu rekayasa Jepang. Karena itulah, ia memilih menepi dan hanya mengamati.
5. Pernah berseteru dengan Jenderal Soedirman 


Perseteruan antara Sjahrir dan Sang Jenderal dipicu oleh perbedaan pemahaman soal perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Menurutnya, kemerdekaan sesungguhnya harus dicapai secara bertahap, rapi dan elegan, bukan frontal dengan angkat senjata. Maka, ia mempraktikkan politik diplomasi. Selain itu, ia pun mengatakan harus menyingkirkan semua kolaborator bentukan Jepang.
Mendengar itu, Soedirman merasa kesal, karena mau bagaimanapun PETA adalah bentukan Jepang. Kemudian, Soedirman mengkritik diplomasi yang dilakukan Sjahrir dan menggabungkan diri dengan Persatuan Perjuangan bersama Tan Malaka.
Sejak saat itu Soedirman dan Tan Malaka menjadi penentang politik diplomasi Sjahrir. Setelah gerilya yang dilakukan Soedirman selesai, hubungan keduanya membaik. Bahkan mereka saling mengagumi satu sama lain.
6. Menikah di Kairo, Mesir
Setelah kisah cintanya dengan Maria berakhir, Sjahrir sempat menjomblo. Dalam kesendirian itu Ia pernah terpincut oleh kecantikan Gusti Nurul, putri Keraton Mangkunegaran, Solo. Kisah itu tidak berujung manis, sehingga hadirlah nama Poppy sebagai pengganti.
Setelah Poppy menyelesaikan pendidikannya di Inggris, keduanya memutuskan untuk menikah. Ketika itu Poppy berada di London sedangkan Sjahrir di Jakarta. Kemudian mereka memilih menikah di Kairo, Mesir pada 1951. Penghulunya adalah rektor Universitas Al-Azhar, Syekh Abdul Magud Selim.
7. Meninggal di Zurich, Swiss

Keretakan hubungan antara Soekarno-Sjahrir berujung pada penangkapan dan penahanan Sjahrir. Pada waktu itu, kesehatan Sjahrir semakin memburuk. Ia menderita stroke dan komplikasi cukup parah. Kemudian, Soekarno mengizinkan Sjahrir untuk berobat ke luar negeri asal tidak ke Belanda, maka Swiss menjadi pilihan. Dan, pada 21 Juli 1965 Sjahrir dan istrinya terbang ke Swiss.
Pada awal April 1966, kondisi Sjahrir semakin buruk. Lalu, Poppy membawanya ke rumah sakit. Setelah koma tujuh hari, Sjahrir meninggal pada 9 April 1966.  Setelah itu, gelar pahlawan nasional pun disematkan padanya. Penguburannya pun dilakukan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan penuh penghormatan.
Nah, tadi itu adalah fakta-fakta tentang Sjahir yang harus kita ketahui, supaya kita lebih kenal dengan pahlawan.
Catatan:

Tulisan dikutip lansung dari https://www.idntimes.com/science/discovery/zain-nurjaman/fakta-sutan-sjahrir-c1c2/7


Tidak ada komentar:

Posting Komentar