(HARI-HARI
MENJELANG 10 NOVEMBER 1945 DI SURABAYA)
PART I
Pasukan
Inggris yang gagah perkasa, penuh percaya diri dan pongah mendapat pengalaman
pahit kalah telak dan terancam punah dalam pertempuran dengan pasukan dan
rakyat Indonesia yang penuh semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dalam perang dunia II yang seru dengan lawan yang seimbang tidak satu pun
perwira setingkat jenderal yang tewas. Namun di Surabaya dua jenderal Inggris tewas dengan menggenaskan. Bangsa
Indonesia yang cinta damai namun berprilaku nekat bisa saja menghabisi pasukan
sekuat apapun.
Belum genap satu bulan bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, tentara Inggris
mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945. Kedangan pasukan Inggris
diterima secara resmi oleh rakyat Indonesia karena misi mereka adalah untuk
melucuti tentara jepang,
Kemenangan
sekutu pada PD II membuat pimpinan dan
tentaranya terjebak dalam euphoria, merasa kuat dan tidak ada yang berani
melawannya. Lucunya Belanda yang tidak punya andil dalam kemenangan PD II,
setelah sekutu menang, mereka ingin mendapatkan manfaat yzng sebesar-besarnya
untuk kembali menguasai Indonesia, yang dulu secara mudah menyerah kepada Jepang.
Bangsa
belanda yang sebelumnya lari dan bersembunyi di Australia, kembali ke Indonesia
seperti pemanang perang dan mereka
merayakan kemenangan seolah-olah mereka yang menang.
Di
Surabaya, Belanda mengadakan pesta pada tanggal 19 September 1945 di hotel Yamato. Atau hotel Oranye menurut
sebutan Belanda. Mulanya pestanya tidak menjadi masalah, tapi mereka
mengibarkan pula bendera mereka merah putih biru. Dan ini berarti tidak
mengindahkan kemerdekaan Indonesia.
Keruan saja
pemuda Surabaya marah. Awalnya mereka minta bendera itu diturunkan, namun
belanda secara arogan menolak bahkan ada yang melepaskan tembakan. Mereka
merasa aman karena ada pasukan Inggris yang menjaga. Dari adu mulut akhirnya
terjadi baku hantam yang kahirnya melibatkan senjata. Berbekal senjata api dan
bamboo runcing pemuda Surabaya menyerang kelompok belanda tersebut dan seorang
perwira belanda tewas. Perwira itu adalah Mr. Ploeman yang diduga sebagai
walikota Surabaya bentukan Belanda. Melihat kejadian ini orang Belanda yang ada
di sana lari pontang panting. Lagu Indonesia raya segera berkumandang dipimpin
oleh Bung Tomo.
Tentara
sekutu mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tentara Inggris yang datang
ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).
Pasukan yang datang ini adalah Bigade 49 yang terkenal sebagai Pemberani yang
memenangkan pertempuran demi pertempuran di Birma melawan Jepang. Mereka
berjumlah sekitar 5000-6000 pasukan. Dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mallaby. (
Bersambung http://windowofthewords.blogspot.co.id/2015/11/pasukan-inggris-yang-digdaya-pemenang_7.html)
Sumber: Agung
Pribadi, 2014. Gara-gara Indonesia. Depok:
AsmaNadia Publishing House.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar