Sabtu, 28 November 2020

Usaha mengusir Penjajah Belanda oleh Kaum Merah di Silingkang Sumatra Barat (Part 4)

 (Bagian Terakhir dari 4 tulisan)

 

Perlahan polisi bersama Asisten Residen Sawah Lunto berhasil mendesak para pemberontak. Meski sempat terjadi pertempuran, situasi di Silungkang mulai dikuasai. 1 Januari 1927, 49 orang pemberontak ditangkap, beberapa tewas dan luka-luka. Di Padang Sibusuk, meski sempat melakukan perlawanan, pemberontakan akhirnya dilumpuhkan.

Pemberontakan di Sumatera Barat ini akhirnya hanya terjadi secara signifikan di Silungkang, Muara Kalaban, Padang Sibusuk dan Tanjung Ampalu.

Gelombang bantuan militer akhirnya mematahkan perlawanan. Meskipun pemerintah kolonial telah melakukan beberapa penangkapan terhadap tokoh PKI di banyak wilayah termasuk di Sumatera Barat, tetapi pemberontakan ini tetap mengejutkan banyak pihak baik kelompok Islam maupun pemerintah kolonial.


Surat kabar yang menjadi corong Partai Sarekat Islam, yaitu Bendera Islam tanggal 13 Januari yang melaporkan peristiwa pemberontakan ini menulis, “Dengan tidak didoega terlebih doeloe kaoem merah di Siloengkang, Soengai Lasih, Tandjoen Ampaloe, Moera Kalaban, Moearo Sidjoeng-djoeng, Padang Siboesoek dan lain lain tempat dalem bilangan afdeeling Tanah Datar soeda lakoekan pemberontakan terhadaep pada pemerentah Olanda dengen maksoed teroetama sekali oentoek lepasken sekalian orang orang hoekoeman di Sawah Loento dan Moeara Kalaban, dengen pertoeloengan siapa kaoem merah bisa harep dapetken bantoehan boeat boenoe mati pada bestuur, militair dan politie.”



Pada 12 januari 1300 orang ditangkap, kebanyakan berusia 17 – 25 tahun. Pada Februari jumlah yang ditangkap mencapai 4000 orang. Baru pada 28 Februari 1927 pemerintah kolonial benar-benar mengamankan situasi. Ribuan orang yang ditahan menjadi disika. Peradilan massal digelar. Sebagian dijatuhi hukuman mati. Salah satunya adalah Kamaruddin Alis Manggulung, Ketua Sarekat Rakyat Silungkang. Pekik Takbir dan kalimat Tauhid menjadi kalimat terakhir yang terucap dari bibirnya. Bagi kebanyakan rakyat Minangkabau, pemberontakan tersebut adalah perlawanan terhadap penguasa kafir.

Abdul Muluk Nasution, termasuk salah satu yang beranggapan demikian. Ia adalah salah seorang pemimpin rombongan yang ditugaskan menyerang Sawah Lunto akhirnya dihukum 12 tahun penjara. Ia menyebutkan, “Tak diragukan lagi, bahwa pemberontakan tahun 1926-1927 didalangi oleh PKI dengan menggunakan pelaku-pelaku sebagai pion (korban) anggota-anggota Sarikat Islam, tetapi kemudian dapat dipengaruhi oleh PKI. Ajaran-ajaran dan kursus-kursus yang diberikan di masa sebelum pemberontakan hanyalah mengenai keburukan-keburukan kapitalisme dan penjajah (imperialisme) serta ajaran-ajaran sosialisme-relijius dan mengobarkan semangat jihad di sabilillah berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.”



Sebelas tahun kemudian, 1 Januari 1938 Abdul Muluk mengingat sebuah peristiwa yang tak dilupakannya. Ia akan berpisah dengan Sulaiman Labai, salah satu pemimpin pemberontakan Silungkang. Sulaiman Labai diusianya yang menginjak 60 tahun dan masih harus belasan tahun lagi menjalani hukuman, meninggalkan wejangan kepada Abdul Muluk Nasution.

Sulaiman Labai berkata, “Pemberontakan kita terhadap kolonial Belanda dengan segala akibat penderitaan kita ini bukanlah suatu kesalahan bahkan pendapat dari hati nurani rakyat Belanda sendiri karena mereka pun pernah berontak menentang kolonial Spanyol. Tetapi suatu kesalahan untuk zelf korreksi bagi kita khususnya ummat Islam ialah, tanpa kita sadari karena kebodohan kita telah diperalat oleh PKI karena kita terpecah-pecah menjadi Sarikat Islam Putih dan Sarikat Islam Merah (Sarikat Rakyat).



“Demikian seri tulisan tentang pemberontak kaum merah di Silungkang Sumatra barat ini sengaja saya tampilkan di blog mari menengok sejarah ini, agar generasi sekarang yang disebut generasi meillenial  dapat membaca bagaimana susahnya para pejuang kita berkorban nyawa dan raga untuk dapat mengusir penjajah yang menindas bangsa. Semoga saja mereka yang dapat kesempatan ikut dipemerintahan tidak meniru prilaku penjajah yang menindas bangsanya sendiri demi keuntungan sendiri.

(Tamat)

 

 Catatan:

1.      Sumber tulisan https://www.kiblat.net/2016/10/03/pemberontakan-kaum-merah-di-silungkang

2.      Gambar diambil dari google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar