Minggu, 22 Agustus 2021

Mengenal Haji Misbach Tokoh Perintis Komunis Indonesia (Part III)

Pergerakan Misbach di PKI

Misbach memang telah dikenal sebagai propagandis revolusioner yang mencoba mengkolaborasikan ajaran Islam dan Komunisme. Perlawanan Misbach terhadap kapitalisme karena ideologi tersebut dianggap sebagai akar dari segala penindasan terhadap rakyat jelata.


Misbach sempat menjadi propagandis andalan Sareka Islam, namun ternyata model perlawanannya yang mengkolaborasikan Islam dan komunisme tidak dapat diterima oleh CSI. Oleh sebab itu, Misbach mulai memutar haluan untuk bergabung dengan PKI, yang saat itu masih bernama  Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) (Mcvey, 2006: 173).  



Misbach menganggap PKI memiliki komitmen tinggi dalam membela kepentingan rakyat, anti kapitalisme dan menentang keras kolonialise. Meskipun bergabung dengan PKI, tetapi Misbach tidak kehilangan idealismenya. Cara pandang Misbach soal komunisme tidak berpegang pada comintern (Communist International). Oleh sebab itu Comintern menganggap Misbach sebagai sosok yang berbahaya karena tidak berpegang pada prinsip-prinsip mereka

Sikap Misbach ini pun tidak luput dari catatan pemerintah kolonial, yang mengatakan bahwa Misbach lebih termotivasi pada idealismenya dibanding ambisi kariernya (Arifin, dkk, 2019: 61).



Tahun 1923 menandai berpisahnya Misbach dengan teman lamanya Ahmad Dahlan dan Fachrudin dari Muhammadiyah dan muncul sebagai propagandis PKI dan SI Merah. Muhammadiyah pun menjadi perhimpunan pertama yang secara tegas menentang ideologi komunisme.

Sepanjang karier berpolitiknya, Misbach selalu menyerukan bahwa komunisme tidak bertentangan. Dalam pidatonya dalam kongres SI Merah dan PKI, ia mengatakan bahwa kesesuaian antara Islam dan komunisme terletak pada pentingnya pengakuan atas hak setiap manusia, egalitarianisme, dan kewajiban berjuang melawan penindasan. Pidato Misbach dalam kongres itu, turut menandai kembalinya Misbach ke dunia pergerakan.



Mendengar kabar kembalinya Misbach, Residen Van der Marel mengundang Misbach untuk kedua kalinya dan memintanya kembali agar tidak terjun ke dunia pergerakan. Namun Misbach menjawab dengan tegas bahwa dirinya akan tetap melanjutkan perjuangannya.

Setelah gagal membujuk Misbach, pemerintah saat itu pun mulai melakukan pengawasan terhadap aktivitas Misbach di Surakarta. Bahkan kantor Medan Moeslimin dan Islam Bergerak tidak pernah lepas dari aktivitas kepolisian.

Dalam kondisi yang selalu diawasi, Misbach tetap berusaha menjalankan aktivitas propaganda SI Merah dan PKI. Propaganda Misbach tidak hanya bersifat teoritis, namun juga dipraktekkan langsung di lapangan dengan mendirikan PKI Afdeling Surakarta dan Informatie Kantoor Bale Tanjo (IKBT) pada bulan Juni 1923.

Pengaruh Misbach terus meningkat, ia dikenal sebagai propaganda propagandis SI Merah yang paling menonjol di Surakarta setelah memimpin pendirian Sarekat Rakyat Surakarta.



Setelah memperoleh pamor sebagai propagandis, ia  mulai mengubah cara berpakaian dengan mengganti pecis putih dengan blangkon (ikat kepala Jawa) (Bakri, 2015: 121). Perubahan gaya berpakaian Misbach menandai keinginan Misbach untuk menunjukkan identitas sebagai orang Jawa yang beragama Islam.

Catatan :

1. Naskah dikutip lansung dari https://wawasansejarah.com/biografi-haji-misbach/

2. Gambar diambil dari google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar