Senin, 30 Agustus 2021

Mengenal Haji Misbach Tokoh Perintis Komunis Indonesia (Part IV)

 Pengasingan dan Akhir Perjuangan Haji Misbach

Dengan tampilnya Misbach sebagai propagandis berpengaruh, Surakarta kembali memanas dengan aksi-aksi radikal memprotes kesewenang-wenangan pemerintah kolonial dan pemegang modal.

Pemerintah kolonial tidak tinggal diam, Misbach kembali ditangkap pada 20 Oktober 1923. Melalui keputusan landraad Semarang, Misbach dijatuhi hukuman pembuangan ke Manokwari, dengan tuduhan menghasut rakyat untuk melawan kebijakan pemerintah dan rencana gerakan anarkisme di Surakarta.


Protes terhadap keputusan sepihak Pemerintah Kolonial atas penangkapan Misbach banyak dimuat media-media perlawanan lokal. Simpati pun mengalir dari berbagai pihak. Kendati demikian pengasingan terhadap Misbach tetap dilakukan.

Pada 18 Juli 1924, Misbach dibawa ke Manokwari ditemani istri dan anak-anaknya (Shiraishi, 1997: 343). Sepanjang perjalanan Misbach memperoleh pengawalan ketat dan tidak diperkenankan turun di pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi.



Sesampainya di Manokwari, pada tanggal 7 Agustus 1924, Misbach tetap memperoleh pengawasan selama di Manokwari. Meskipun demikian, ia tidak mengendorkan ambisinya dengan mendirikan Sarekat Rakyat Manokwari dengan anggota sekitar 20 orang.

Di tengah pembuangan, Misbach masih aktif menulis artikel di Medan Moeslimin, khususnya tentang hubungan antara Islam dan komunisme.



Namun lingkungan yang ditempati Misbach mengahalangi perjuangannya. Pada tahun 1925, ia meminta izin untuk berobat ke negeri Belanda karena ia dan keluarganya terserang TBC.  

Medan Moeslimin dan Hoofdbestuur PKI mencoba mencari donasi untuk keberangkatan Misbach ke Belanda. Namun uang yang dikumpulkan jauh dari cukup.



Akhirnya Misbach mengurungkan niatnya ke luar negeri dan tetap melanjutkan pergerakan. Namun kesehatan Misbach terus menurun setelah Misbach terserang Malaria. Ia pun meninggal pada 24 Mei 1926. Ia dimakamkan di Penindi Manokwari (Bakri, 2015: 127).



Meskipun sang Haji Merah telah meninggal, tetapi bukan berarti akhir bagi gerakan komunisme Islam. Beberapa santri pendukungnya tetap berusaha melanjutkan perjuangan dalam bingkai yang telah dirangkai Misbach.

Catatan :

1. Naskah dikutip lansung dari https://wawasansejarah.com/biografi-haji-misbach/

2. Gambar diambil dari google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar